Menyan Tidak Selalu Mistik

 


Oleh: Ika Dewi Retno Sari


Salah satu yang menarik di kota Gombong adalah adanya produksi rokok klembak menyan. Dirintis oleh pasangan suami istri The Tjoan (Agus Subianto) dan Tjo Goe Nio (Setiawati) sejak tahun 1950, saat ini masih bertahan dengan tiga  merk nama yaitu Sintren, Bangjo dan Togog. Usaha ini sekarang dilanjutkan oleh anak-anaknya yaitu Edi Hendrawanto,  Budi Susanto yang mengurusi bagian bahan bakunya serta Adi Hartanto yang mengurusi bagian kertas rokok dan saus rokoknya. Ketiganya saling bekerjasama, untuk terus menjalankan Pabrik ini agar tetap bisa memproduksi rokok kelembak menyan. Pemasaran rokok merk Togog meliputi wilayah Jawa Tengah bagian tengah seperti : Purbalingga, Magelang hingga Wonosobo. Sedangkan merk Bangjo dipasarkan di Purwokerto, Sidareja, Majenang dan Ajibarang. Pelanggan rokok merk Sintren berada di kota Kebumen, Kroya, Purwokerto dan Gombong. Untuk pelanggan di wilayah luar pulau Jawa masih tetap berada di propinsi Jambi.

Gambar 1. Rokok Klembak Menyan
Sumber:  iqbalkautsar.com

Dulu rokok klembak menyan sangat disukai. Bahkan di puncak kejayaannya pada tahun 70  sampai 80an,  perusahaan ini sempat menyerap hampir 1000 orang pekerja. Menurut Pak Edi,  belum pernah dilakukan pemberhentian atau memecat para karyawan. Karyawan Pabrik Rokok Sintren bekerja sejak Pak Edi masih kecil hingga sekarang ini, usia mereka sekitar setengah abad lebih, rata-rata diatas 70 tahun. Bekerja dari usia sekitar 20 tahunan, bahkan beberapa sudah berusia 80 tahun dan masih bekerja sebagai pelinting rokok. Saat ini hanya tersisa 60 orang karyawan, dan 40 orang diantaranya adalah ibu-ibu pelinting rokok yang sudah berusia lanjut.

Gambar 2. Produksi Rokok Klembak Menyan
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dari cerita pak Edi, bahwa bahan baku yang digunakan adalah tembakau pilihan dari Muntilan, klembak yang sudah dipotong kecil-kecil dan kemenyan dari daerah Tapanuli,  yang kemudian ditumbuk halus, dibungkus dengan kertas tipis (papir). Pengerjaan melinting dilakukan secara manual dengan sebatang kayu kecil dan lem. Dalam durasi kerja jam 07.00-13.00, seorang pekerja bisa menghasilkan 700an batang lintingan rokok, bisa dibayangkan kecepatan para ibu sepuh dalam melinting rokok. Peralatan lainnya  yang digunakan juga sederhana dan dibuat sendiri. Kecuali alat pemotong kertasnya merupakan peralatan produksi Jerman dan Belanda.

Gambar 3. Proses melinting rokok secara manual
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sebagian orang menyebutnya sebagai rokok sajen, karena bahan dasarnya klembak dan menyan. Tetapi tidak berarti rokok ini hanya identik dengan hal-hal yang berbau mistis. Bahkan menurut penuturan pak Edi, kandungan menyan yang diambil dari getah pohonnya ini dapat digunakan juga untuk pengobatan, sebagai obat herbal. Mengutip dari laman detikhealth, kini para ilmuwan telah mengamati bahwa ada kandungan dalam kemenyan yang menghentikan penyebaran kanker. Pada abad kesepuluh, Ibnu Sina, ahli pengobatan Arab, merekomendasikan kemenyan sebagai obat untuk tumor, bisul, muntah, disentri dan demam. Dalam pengobatan tradisional Cina, kemenyan digunakan untuk mengobati masalah kulit dan pencernaan. Sedangkan di India, kemenyan digunakan untuk mengobati arthritis. 

Gambar 4. Kunjungan Sigarda Indonesia ke tempat produksi Rokok Klembak Menyan
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bisa dipercaya atau tidak, faktanya cukai terhadap rokok yang sudah didaftarkan secara legal ini sangat murah. Meskipun peminatnya tidak sebanyak dulu, tetapi rokok ini tetap diminati, terlebih dengan harganya yang sangat murah. Produk ini sekarang dijual dengan kemasan isi 10 batang dan kemasan 6 batang per bungkusnya yang dibandrol harga toko Rp. 3.500,-. Murah banget kan...


#KENALI

#CINTAI

#Bersama

#SINAU_CAGAR_BUDAYA

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama