Candi Jajawa di Kaki Sang Hyang Adri Kumukus

 
“..maluy aṅidul maṅulwan umare jajawa ri suku saṅ hyaṅ adri kumukus marek i bhatara dharmma..”

Penggalan kalimat tersebut terdapat dalam Kakawin Nagarakertagama yang menceritakan perjalanan Raja Hayam Wuruk menuju Jajawa di kaki Gunung Kumukus untuk mengunjungi tempat dharmma dari Sang Bhatara. Kata Jajawa dalam Nagarakertagama merujuk pada Candi Jawi yang berada di dekat Prigen. Pendapat tersebut diperkuat dengan hasil identifikasi nama-nama daerah yang dilalui oleh Hayam Wuruk dengan nama-nama daerah yang hingga saat ini masih ada seperti nama pandakan (Krom, 1914, 1916).

Candi Jawi terdaftar dalam sistem registrasi nasional dengan nomor CB.427 dengan SK Penetapan nomor 177/M/1998. Candi Jawi terletak di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Menurut Kakawin Nagarakrtagama, Candi Jawi (Jajawa) didirikan oleh Raja Kertanagara yang merupakan buyut dari Hayam Wuruk. Kertanagara merupakan raja terakhir dari Kerajaan Singasari (Tumapěl) yang terkenal dengan gagasan politik cakrawala mandala dwipantara. Dalam Prasasti Gajah Mada dituliskan jika Kertanagara yang bergelar Bhatara saṅ lumah ri śiwa buddha wafat pada tahun 1214 S/1292 M. Dalam bidang keagamaan, Raja Kertanagara menganut Buddha Tantrāyana yang berbaur dengan pemujaan terhadap Siwa Bhairawa (Santiko, 2020).

Keunikan dari bangunan Candi Jawi yaitu bernafaskan dua corak keagamaan yang berbeda. Dalam Nagarakertagama disebutkan jika pada bagian bawah bangunan candi bersifat Hindu-Siwa, sedangkan pada bagian atas bersifat Buddha (cihnaṅ caṇḍi ri sor kaśaiwan apucuk kaboddhan…). Ciri Hindu-Siwa yang terdapat pada bangunan Candi Jawi terlihat pada lima relung di bagian dinding luar. Relung tersebut digunakan untuk menyimpan arca-arca pantheon Hindu. Pada bagian grbhagriya (bilik candi) terdapat sebuah yoni. Sementara ciri Buddha yang terdapat pada bagian puncak berupa stupa yang berada di permukaan kubus (Aris Munandar, 2021)

Daftar Rujukan
 
  • Aris Munandar, A. (2021). Bangunan Keagamaan Hindu-Buddha Menurut Uraian Kakawin Nagarakrtagama.
  • Krom, N. J. (1914). Epigrapische Aanteekeningen. De Ciwa-Buddha Temple (TBG 56, pp. 237–242). Albrecht.
  • Krom, N. J. (1916). Bladvulling Jajawa-Djawi.
  • Santiko, H. (2020). Kehidupan Beragama Raja Kertanagara (Vol. 29, Issue 1).
 

Salam sigarda ✌️Indonesia 🇲🇨

#KENALI
#CINTAI
#Bersama
#SINAU_CAGAR_BUDAYA

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama