Oleh Ikadewi Retnosari
Bubur India adalah salah satu sajian makanan yang menjadi tradisi di bulan Ramadan yang sampai saat ini masih dilestarikan di Masjid Jami Pekojan Kota Semarang. Tidak kurang dari 200 mangkok disediakan setiap hari bagi warga yang ingin ikut berbuka puasa bersama di Masjid Pekojan. Bahkan, beberapa warga yang ingin membawa pulang bubur untuk berbuka di rumah masing-masing diperkenankan.
Bapak Ahmad Ali (55th), takmir Masjid Jami Pekojan, menyampaikan bahwa tradisi ini sudah berlangsung sekitar 100 tahun. Beliau bersama bapak Sirin adalah generasi ke-4 yang membuat Bubur India sebagai sajian khas Bulan Ramadan. Tradisi ini dimulai oleh pedagang asal Gujarat, India yang membuat bubur dengan kekhasan bumbu rempah-rempah yang lengkap, dan kemudian dilanjutkan oleh generasi-generasi berikutnya. Pembuat bubur India tidak lah harus berasal dari keturunan orang Koja, tetapi bisa dikerjakan oleh orang-orang yang ikhlas menyediakan waktu untuk menyiapkannya.
Dalam sehari tidak kurang dari 20 kg beras dan kelengkapannya untuk membuat bubur India. Bahan-bahan untuk membuatnya, antara lain, beras, santan cair dan kental, wortel, daun bawang, bawang putih, bawang merah, daun salam, jahe, daun sereh, garam, daun pandan dan kuah kaldu yang dibuat dari tulang sapi (sekengkel), daun salam, serai, lengkuas, bawang merah, bawang putih, pala, dan kayu manis. Lengkapnya bahan ini membuat bubur sudah enak untuk dimakan meski tanpa tambahan kuah/sayur. Tetapi untuk menambah kenikmatan bersantap maka dalam penyajiannya Bubur India ini dilengkapi dengan sayur/kuah, dan khusus pada setiap hari Kamis disiapkan gule kambing.
Memerlukan waktu setidaknya 3 jam untuk mengolah bubur dari mulai penyiapan bahan dan pemasakannya. Dan yang cukup unik, karena memasaknya masih dengan menggunakan tungku kayu bakar. Menurut pak Ali, hal ini dimaksudkan supaya panas yang diperoleh lebih stabil sehingga bubur akan matang sempurna. Setelah semua bahan dan bumbu dimasukkan, maka proses pengadukan dilakukan terus menerus sampai bubur matang, kurang lebih selama 2 jam.
Setelah waktu ashar, penyajian bubur mulai dilakukan oleh para pemuda masjid. Selain bubur India juga disediakan air teh/susu, kurma dan buah. Semua bahan makanan ini merupakan sumbangan dari masyarakat umum. Sementara warga yang hadir tidak hanya dari kalangan warga terdekat, tetapi juga dari berbagai penjuru Kota Semarang, yang ingin ikut menikmati enaknya Bubur India. 15 menit sebelum waktu berbuka diadakan kultum sambil menunggu bedug maghrib yang menandai saat berbuka puasa.
Gambar: ayosemarang.com |
Tradisi Bubur India merupakan syiar Islam yang menggambarkan kerukunan warga yang sangat luar biasa. Para penyumbang bahan tidak selalu orang yang berada secara materi, tetapi juga berasal dari warga yang ikhlas menyumbang meski hanya sedikit bahan. Dan warga yang datang untuk ikut berbuka juga tidak memandang latar belakang agama maupun kemampuan ekonomi, mereka duduk bersama dengan takjim mendengarkan uraian keagamaan sambil menunggu waktu berbuka. Bagi yang penasaran dengan rasa Bubur India, silakan datang ke Masjid Jami Pekojan Kota Semarang pada setiap bulan Ramadhan menjelang waktu berbuka puasa. Liputan lengkap tentang Bubur India dapat diikuti dari tautan YouTube Sigarda https://youtu.be/l4X_Xk9xEo0
Posting Komentar