Memperingati 733 Tahun Sang Saka Merah Putih (1292-2025)

Oleh: Toni Antoniputra

𝐌𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭𝐢

733 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧
𝐒𝐀𝐍𝐆 𝐒𝐀𝐊𝐀 𝐌𝐄𝐑𝐀𝐇 𝐏𝐔𝐓𝐈𝐇 🇲🇨
𝐃𝐢𝐫𝐠𝐚𝐡𝐚𝐲𝐮 𝐑𝐈 𝐤𝐞-80 (17 𝐀𝐠𝐮𝐬𝐭𝐮𝐬 1945-2025)
𝐏𝐫𝐚𝐬𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐊𝐮𝐝𝐚𝐝𝐮 (𝐆𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠 𝐁𝐮𝐭𝐚𝐤)
11 𝐒𝐞𝐩𝐭𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟏𝟐𝟗𝟒 𝐌.
𝐇𝐢𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢𝐨𝐠𝐫𝐚𝐟𝐢 𝐌𝐞𝐫𝐚𝐡-𝐏𝐮𝐭𝐢𝐡.
🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩
𝐈𝐥𝐮𝐬𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢.
Memperingati 733 tahun awal berkibarnya SANG SAKA MERAH-PUTIH 🇲🇨 terhitung sejak peristiwa kudeta JAYAKATWANG, bersamaan dengan gugurnya SRI MAHARAJADHIRAJA KERTANAGARA pada tahun 1292 M hingga saat memperingati Hari Kermerdekaan RI ke 80 di tahun 2025 ini, sebagai upaya menggali dan mengingatkan kembali peristiwa awal berkibarnya lambang bendera kita Sang Saka " Merah-Putih.
🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨🇲🇨
PRASASTI KUDADU 1294 M
( 1216 Çaka ) diperkirakan sebagai prasasti pertama dan tertua dari Kerajaan Majapahit ( Wilwatiktanagari ) di terbitkan oleh Raja KERTARAJASA JAYA WARDHANA ( Nagarakertagama = Dyah Wijaya, Pararaton = Raden Wijaya ).
Prasasti Kudadu 1294 M dikeluarkan dengan perincian tarikh sbb :👇
MĀSA. = Bhadrapâda.
TITHI. = Pancami (hari ke-5).
PAKSA = Krsnapaksa (paruh
gelap).
SADWÂRA. = Hariyang
(ha).
PAÑCAWARA = Umanis (u).
SAPTAWÂRA = Çanaiscara
(ça).
WUKU. = Madangkungan.
KONVERSI
MASEHI = Sabtu, 11 September
1294 Masehi.
(Anjrah Widayaka, J.L.A. Brandes, Pararaton, h. 97, 131).
Beberapa ilmuwan sejarah menyebutkan dengan nama lain terhadap Prasasti Kudadu 1294 M, yaitu PRASASTI GUNUNG BUTAK sesuai dengan nama tempat penemuannya di tahun 1780 di Lereng Gunung Butak termasuk di dalam barisan Pegunungan Putri Tidur, tepat nya di daerah perbatasan antra
Wilayah Kabupaten Mojoker to bagian selatan dengan Kabupaten Malang bagian barat, Propinsi Jawa Timur. (J.L.A.Brandes. "Pararaton, h. 94-100).
Menurut hasil penelitian J.L. A. Brandes, Prasasti Kudadu 1294 M diduga awalnya berjumlah 13 lempeng/keping tembaga (tambra prasasti).
(T. S. Raffles. " History of Java II". h. 59, 63, App.I).
Pembahasan utk keping I, II, III, IV, V, VI telah dilakukan oleh J.L.A. Brandes dan N.J. Krom (Lihat : OJO, 1913: h. 195-198).
Sedangkan utk pembahasan keping VIII, X, XI, XII telah dilaku kan oleh J.L.A. Brandes.
(Lihat: J.L.A. Brandes. " Parara ton, h. 94-96).
Sedangkan untuk keping VII, IX, XII, XIII dinyatakan telah hilang keberadaannya (❓)🤔
Maksud dan tujuan Sri Maha raja KERTARAJASA JAYAWAR DHANA ( Dyah Wijaya /Raden Wijaya) menerbitkan sebuah penetapan berupa Prasasti Kudadu 1294 M adalah untuk membalas budi baik warga (samasanak) dan kepala desa/lurah (rāme) Kudadu yang pernah berjasa menolong dan melindungi Sang Raja pada saat sebelum menjadi Raja Majapahit dengan nama kecil NARĀR YA SANGGRAMAWIJAYA.
( Keping III Lembar b = "...çri māharāja nguning tirung prabhu makasungjnā narāryya sanggramawijaya..." = "...ÇRI MĀHARĀJA , ketika beliau belum menjadi raja dan masih bernama NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA..." )
dari perburuan dan pengejaran tentara SRI JAYAKATYĔNG ( JAYAKATWANG / JAYAKATONG ) dari GELANG-GELANG
( Keping III Lembar b = "...çrī jayakatyĕng sakeng glang- glang..." = ÇRI JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG )
yang terjadi pada sekitar tahun 1292 M, yaitu 2 tahun sebelum Prasasti Kudadu 1294 M diterbitkan. ☝😭
Balas budi yang dilakukan oleh Sang Raja dalam bentuk
pembebasan DESA KUDADU menjadi SIMA SWATANTRA lepas atau keluar dari ikatan terhadap Sang Hyang Darmma KLÊME untuk selamanya dengan tanda arca di atas nya.
Lempeng VI b =
"...kyata karanan tumurun warānugraha çri mahārāja irikang rame kudadu an susukēn sīma swatantrā dĕg ringgit lmah sthānanya i kudadu de çrī mahārāja, tkeng gagarěněknya salba
kwukirnya kabeh kabhuktya
de nikang rāme kudadu,
kutmwa kalilirana deni santānapratisantānan ikang rāme kudadu, mne hlěm tka rin dlāhaning dlāha, sang siptanya, mari tekang wanwe kudadu pinakangça de sang hyang dharmma i klěme,
mari kaparabyapara apan
sampun dadi sīma swatan
trāděg ringgit de çri māharā
ja kuneng nimitta çrī mahā
rāja wani malapangça sang
hyang dharmma i klěme
(ika)ang wanwe kudadu,
mapaknerikang rāme kudadu ..."
{ "... itulah sebabnya Sri Maharaja memberi anugerah kepada lurah/kepala desa KUDADU menjadikan desanya sebagai Sima Swantra
dengan Wilayah yang luas
dan lengkap, dengan ladang
di mudik dan di baruh, deng
an tanda sebuah arca yang
diperuntukkan bagi Kepala
Desa KUDADU yang dimiliki
secara turun-temurun sam
pai ke anak cucunya sejak
kini, sampai nanti, terus-me
nerus tak putus-putusnya.
Hendaklah diketahui pula
bahwa Wanua KUDADU ber
hentilah menjadi bagian dari daerah Sang Hiyang Darma KLĚME, yang hingga sekarang tidak boleh lagi secara serta-merta mencampurinya,
oleh sebab itu Sri Maharaja
telah menjadikannya seba
gai daerah bebas mandiri
( Sima Swatantra) dengan
tanda sebuah arca di atasnya.
Adapun yang menjadi penyebab bahwa Sri Maharaja berani melepaskan Desa KUDADU dari ikatan Sang Hyang Darma di KLÊME, yaitu untuk kebahagiaan
Lurah KUDADU..." }.
𝐇𝐢𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢𝐨𝐠𝐫𝐚𝐟𝐢 𝐌𝐞𝐫𝐚𝐡-𝐏𝐮𝐭𝐢𝐡 🇮🇩
" ...hana ta tunggulning çatru
layūlayū katon wetani haniru,
bāng lawan putih warnnanya,
sakatonikang tunggul ika..." 🇲🇨
(Lempeng IV b)
{ "... maka tampaklah tunggul
(bendera) musuh melambai lambai di sebelah Timur HANIRU, merah dan putih warnanya, dan serentak melihat tunggul itu maka..." }. 🇲🇨
Demikianlah secuil kutipan dari sebagian fragmen isi Prasasti Kudadu 1294 M di bagian kalimat tertulis pada Lempeng IV b, tentang awal berkibarmya " Sang Saka Merah-Putih" 🇲🇨 yg dikibarkan melambai-lambai pada sebuah tiang (tunggul) yang dibawa oleh pasukan musuh (çatru) prajurit SRI JAYAKATYĔNG (JAYAKATWANG / JAYAKA TONG) di tengah-tengah kancah pertempuran melawan NARĀRYA SANGGRAMA WIJAYA (DYAH WIJAYA / RADEN WIJAYA ) dari KERAJAAN TUMAPEL.
Lempeng III - VI Prasasti Kudadu 1294 mengisahkan tentang perburuan pasukan NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA oleh pasukan SRI JAYAKATYĚNG yang terjadi pada 2 tahun yang silam (1292 M).
Dengan demikian kisah ini ditulis setelah Sang Raja menja di Raja Majapahit bergelar SRI KERTARAJASA JAYAWARDHANA (nāmarājabhiseka).👇🇲🇨
🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨
LEMPENG III Baris b =
ALIH AKSARA :
"...gatinikang rāme kudadu prayatna marmmānghětakěn i çri māharāja ngunin turung prabhu, makasungjnā narāryya sanggramawijaya, sděngiran kawalasak kawaweri (kang) wanwe kudadu tinūt penetapan dening çatru, karana çri māharāja mangkana, çri krtanagara sang līna ring çiwabuddhālaya
ngūni tinekān de çri jayakat
yěng sakeng glangglang, sāk sāt prangmukkan lumampah akěn krtālpāswakāra, mitradro haka, samayalangghyana mah yun humaristākna çrī krtanaga ran hanerikang nāgare tumapel sděng i sanjata çrī jayakatyĕng těke jasun wungkal irikā ta çri mahārāja mwang sang arddha rajā inutus de çri krttanagara mapagakna sanjata çri jayakat yĕng, mantu parnah sang ard dha rāja mwang çri mahārāja de çrī krtanāgara kuněng sang arddharāja sak- (IV a)sat putra de çri jayakatyěng..."
ALIH BAHASA: 👇
Adapun yang menjadi penyebab tingkah laku kepala desa KUDADU yang memberi tempat bersembunyi dengan
hati-hati kepada Sri Maharaja ,ketika beliau belum menjadi raja dan masih bernama NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA
sewaktu beliau dalam kesusahan menuju ke desa KUDADU, diburu oleh musuh dan dikejar-kejar dalam keadaan sebagai
berikut;
SRI KERTANAGARA yang dahulu menjadi Raja dan meninggalkan dunia yang fana dan memasuki dunia yang baka
di SIWABUDALAYA (almarhum/mendiang) ketika diserang oleh SRI JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG dengan berlaku sebagai musuh mengerjakan suatu yang memalukan, serta berhianat kepada teman dan melanggar kesepakatan, karena berkeinginan meruntuhkan SRI KERTANAGARA
yang bersemayam di KERAJAAN TUMAPEL.
Setelah diketahui bahwa sepasukan tentara SRI JAYAKATYĚNG telah tiba di JASUN WUNGKAL , kemudian SRI KERTANAGARA mengutus SRI MAHARAJA (sekarang) beserta SANG ARDHARĀJA untuk melawan tentara SRI JAYAKATYĚNG.
Adapun SANG ARDHARĀJA
dan SRI MAHĀRĀJA, kedua-duanya adalah menantu SRI KERTANAGARA.
Konon pula SANG ARDHARĀJA
adalah putera SRI JAYAKAT YĔNG.
LEMPENG IV, Baris a =
ALIH AKSARA :
"...ryyangkat ćrīmahārāja mwang sang arddharājā sangkē nagare tumapel, datěng
irikang wanwe kdung plut, irika
tamba çrī mahārāja manggih çatru, aprang bala çri mahārāja
ring samangkana, ala tekang lawan çrī mahārāja alaralajū tan kinawruhan kwehing lwang
nya lumaku sanjata çrī mahā rāja dateng i lěmbah, tan hana
çatru kapanggih dening sanjata
pāmbarěp çrī mahārāja, mun
dur ta ya tapanglawan, haliwat
çrī mahārāja sangka batang,
datěng i kapulungan kapanggih
tekang çatru muwah, īrika ta ya
naprang wadwā çri mahārāja kalwaning kapulungan alah te
kang çatru çrī mahārāja, alarāla
ya kweh lwangnya an mangka
na, lumaku ta muwah sanjata
çrī mahārāja date(IV b)ng i rabut carat..."
ALIH BAHASA : 👇
Setelah itu berangkatlah SRI MAHARAJA beserta SANG ARDHARĀJA meninggalkan KERAJAAN TUMAPEL hingga tiba di Padukuhan KEDUNG PELUK, maka SRI MAHĀRĀJA lah yang pertama kali bertemu dengan musuh.
Tentara SRI MAHARAJA berperang dan musuhpun dapat dikalahkan serta melarikan diri dengan menderita kekalahan besar.
Setelah itu tentara SRI MAHARAJA bergerak ke LEMBAH, namun di sana tidak didapati musuh.
Selanjutnya terus bergerak ke arah Barat dari LEMBAH menuju BATANG, namun SRI MAHARAJA hanya bertemu dengan beberapa musuh, yang kemudian menarik diri mundur dengan tidak melakukan perlawanan.
Setelah SRI MAHARAJA melewati BATANG, lalu sampai lah di KAPULUNGAN, dan berte mu dengan musuh, maka seketika itu tentara SRI MAHARAJA bertempur lagi di sebelah Barat KAPULUNGAN, dan musuhpun dapat dikalahkan,tercerai-berai menderita kerugian besar.
Demikianlah keadaan tentara SRI MAHARAJA hingga maju terus sampai tiba di RABUT CARAT.
LEMPENG IV Baris b =
ALIH AKSARA :
"...tan asowe ikang kala masö
tekang çatru sakakulwan, irika
ta ćrī mahārāja prang sahawa dānira kabeh, alarālayu muwah çatru çrī mahārāja,akweh lwang nya těhěr atinggal, yayenpang dawuta kabeh smuni lāwan çrī mahārāja,ringsamang kana, " hana ta tunggulning çatru layū layū katon wetan i haniru, bang lawan putih warnnanya, " 🇲🇨 sakatonikang tunggul ika irika ta yan pangdawut sanjata sang arddharāja, lumakwakenan sayaprawrti, alayū niskaranā nujuwi kapulungan purwakani sanjata çrī mahārāja rusak, çrī mahārāja pwātyantadrda bakti i ćrī krtanagara, ya ta matang- nyan kari ta çrī mahārāja i rabut carat, makawasanang gumintir anggalor datěng i pamwatan apajěg loring lwah, ātara něm atus kweh (V a)nirowang çrī mahārāja..."
ALIH BAHASA : 👇
Tak seberapa lama, datanglah kembali musuh dari pihak Barat, maka SRI MAHARAJA berperang lagi dengan segala tenaga dan tentaranya dan musuhpun dapat dihalau dg kerugian besar yang tampak nya lari untuk selamanya.
Dalam keadaan yang demikian maka tampaklah di sebelah Timur HANJIRU tunggul bendera musuh melambai-lambai, merah dan putih warnanya🇲🇨. dan ketika melihat tunggul itu ma kaserentak SANG ARDARAJA menyarungkan senjatanya, berlaku sangat memalukan dan lari bersama pengikutnya ke arah KAPULUNGAN dengan maksud jahat.
Oleh sebab itu berkuranglah kekuatan tentara SRI MAHARAJA, namun SRI MAHARAJA tetap setia kepada SRI KERTANAGARA.
Itulah sebabnya SRI MAHARAJA tetap tinggal di RABUT CARAT, dan setelah itu melanjutkan perjalanan ke arah Utara menuju ke PAMWATAN di seberang Sungai.
Dipihak SRI MAHARAJA pada waktu itu masih tertinggal kira-kira 600 orang.
LEMPENG V Baris a =
ALIH AKSARA :
"...ring sakatěmbenjing, tka tekang çatru, anut i çri mahārāja pinapag deni bala çrī mahārāja kondur ta yādě ulih nyanalayu, tathāpinyan mangkana, yayan sang çayākdik wadwā çrī mahā rāja, lunghānolong awaknya tu minggalakěn i çri mahārāja, wdi çrī mahārāja pwa kesisana,irika ta çrī mahārājan parasarasan lāwan rowang, hana tāngěn angěn çrī mahārāja datěnge trung, angucapucapa lāwan ikang akuwwi trung makang aran rakryan wurwagraja, sāk sāt kawu de çrī krtanagara, rowanga çrī mahārāja ngayat akěn ikang wwang wetan i trung, mwang salor-wetan i trung, an mangkanāngěn angěn çrī mahārāja, pada suka ta wad wā çrī mahā- rāja, tkanikang wngi pwaya ta, mangkatta çrī mahārāja mahawani kulawan, wdidiran kekuta(V b)na dening çatru..."
ALIH BAHASA : 👇
Pada keesokan harinya setelah matahari terbit datanglah musuh menyerang SRI MAHARAJA.
Tentara SRI MAHARAJA me nyongsong dan menghadang mereka, sementara beliau memilih mundur memisahkan diri.
Namun demikian bala tentara SRI MAHARAJA sudah sangat berkurang jumlahnya; ada yang lari menyembunyikan diri dan meninggalkan beliau, sehingga menimbulkan kecemasan tanpa persenjataan.
Setelah itu SRI MAHARAJA berunding dengan para pengikutnya, sehingga beliau harus pergi ke TERUNG, supaya ber runding dengan Akuwu di sana, yaitu RAKRIYAN WURU AGRAJA namanya yang diangkat menjadi Akuwu oleh SRI KERTA NAGARA, agar bersedia membantu SRI MAHARAJA mengumpulkan segala orang yang ada di sebelah Timur dan
Timur-Laut TERUNG. Semuanya menyetujui pendapat tersebut.
Setibanya malam hari berangkatlah SRI MAHARAJA melalui KULAWAN, dengan perasaan cemas dan takut diikuti musuh.
LEMPENG V Baris b =
ALIH AKSARA :
"... makanimittātyānta kwehnikang çatru, ri tka çrī mahārāja i kulawan, amanggih
ta sira çatru, irika çrī mahārājan
binuru dening çatru lumingsir ta çrī mahārāja mangalor, mung
sire kembang çrī prayanira, ri tka çrī mahārāja pwe kembang
çrī, amanggih ta sira çatru muwah, binuru ta sira muwah,
irika ta çrī mahārājanalayu mangalor amgat bangawan sahabalanira kabeh, alanghwi
ya garawalan, akweh lwang
wadwā çrī mahārāja mātyangla
(ng) hwi waneh katututan gina lah dening çatru, ikang ahurip kasamburat adudwan paran,
kari ta rwawlas siki wadwā çrī
mahārāja rumakso sira, rahina
sakamantyan ri prabhātatkāla,
irika ta çrī mahārāja kawaweri
kang wadwe kudadu luhyanglih
çokasanta (VIa) ntapa..."
ALIH BAHASA : 👇
Setibanya SRI MAHARAJA di KULAWAN bertemu lagi dengan
musuh. Beliau dikejar oleh mereka, namun dapat meloloskan diri dengan pergi ke arah Utara, agar apabila memungkan lari ke KEMBANG SRI.
Setibanya SRI MAHARAJA di KAMBANG SRI berjumpa lagi dengan musuh yang mengejarnya.
Bersama para pengikutnya lari menuju ke arah Utara menyeberangi sungai besar.
Banyak yang tenggelam, sebagian diburu musuh dan dibunuh dengan tombak. Sebagian yang masih hidup tercerai-berai ke segala tempat.
Yang masih tersisa melindungi SRI MAHARAJA hanya tinggal 12 orang saja.
Selepas siang hari tibalah SRI MAHARAJA di WANUA KUDADU dengan menderita kelaparan, letih-lelah, berduka,
dan beriba-hati.
LEMPENG VI Baris a =
ALIH AKSARA :
"...tanpangharěpakn angsanga, atyanta göngnikang duhka tumame sira, ri tka çrī mahārāja irikang rame kudadu, atyanta marmma sambramawilasan ikang, rame kudadu, maka wyak ti manghaturakěn ya bhaktpāna mwang bras, atěhěr anghěta ken i çrī mahārāja, wicaksanā met sanimitta çrī mahārāja tan katmwa pinetpi (kang) çatru, makawkasan tumuduh- akěn humāteraken ring hnu maka hinganing sīma rěmbang, mung sire madura ista çri mahārāja..."
ALIH BAHASA : 👇
Musibah yang menimpa SRI MAHARAJA sangatlah besar, ketika beliau tiba di Lurah KUDADU, maka beliau diterima dengan sungguh-sungguh, penuh belas kasian, dengan menyediakan makanan dan minuman, serta nasi kepada SRI MAHARAJA.
SRI MAHARAJA diberi tempat bersembunyi agar tidak dijumpai musuh yang mencari- nya.
Selanjutnya ditunjukkanlah arah jalan dan diiringkannya sampai ke SIMA RÊMBANG,
agar supaya dapat menyingkir ke MADURA menurut keinginan SRI MAHARAJA.
🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨
𝐔𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐑𝐮𝐭𝐞 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐫𝐚𝐚𝐧 𝐍𝐚𝐫𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐒𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐦𝐚 𝐖𝐢𝐣𝐚𝐲𝐚 𝟏𝟐𝟗𝟐 𝐌 ☝:
Rute Pengembaraan NARĀRYA SANGGRAWIJAYA dari pusat pemerintahan Kerajaan SRI Kertanegara di TUMAPEL (nagare tumapel) yang semula bertujuan untuk menghalau kedatangan musuh (çatru), yaitu tentara JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG di wilayah Barat Tumapel ☝, ternyata musuh-musuh yang selalu dikalahkan hanya sebagian kecil saja kekuatan pasukan JAYAKATYĔNG yang dike rahkan untuk memancing ke luar kekuatan pasukan yang ada di Pusat Kerajaan TUMAPEL.
Dari perintah yang dikeluarkan oleh SRI KERTANAGARA kepada NARARYA SANGGRA MAWIJAYA beserta SANG ARDHARĀJA di dalam menghadapi musuh, yaitu tentara JAYAKATYĔNG yg terpusat di JASUN WUNGKAL, yang
ternyata telah dihadang terlebih dahulu dengan sepasukan kecil JAYAKATYĔNG di daerah
KEDUNG PELUK.
Berawal dari pertempuran di daerah KEDUNG PELUK; musuh dikalahkan, melarikan diri dan dikejar hingga ke LEMBAH dan ke BATANG di arah Barat.
Di BATANG dijumpai musuh namun lari tanpa perlawanan, hingga pelacakan ke arah KAPULUNGAN 《 nama Desa Kapulungan masih ada hingga sekarang terletak di Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuru an 》
Di KAPULUNGAN pasukan NARARYA SANGGRAWIJAYA kembali bertempur dan mem- peroleh kemenangan besar, hingga pengejaran berlanjut ke RABUT CARAT 《 tempat ini diperkirakan terletak di sebelah Barat Bangil, sebelah Selatan Kali Porong bernama Desa Carat 》.
Di RABUT CARAT pasukan SANGGRAMAWIJAYA kembali bertempur dan memperoleh kemenangan.
Namun sangat disayangkan setelah melihat Tunggul Merah-Putih; SANG ARDARAJA
menyarungkan senjatanya dan lari membelot meninggalkan pasukan TUMAPEL, ke arah balik bergabung dengan pasu kan ayahnya SRIJAYAKATYĔNG menuju KAPULUNGAN.
Peristiwa tersebut sangat sesuai dengan analisa logika sejarah, yang mana tidaklah mungkin antara anak dan ayah harus terlibat dalam sebuah resiko bertaruh nyawa dalam peperangan demi kepentingan pihak lain yang jelas-jelas sebagai satu seteru, yaitu Dendam Genealogis.
Yang jelas langkah pembelotan SANG ARDHARĀJA adalah sebuah taktik dan strategi yg sudah direncanakan jauh sebelumnya untuk mempermudah cara menyingkirkan SRI KERTANAGARA. 👍🇲🇨
Hal ini sangat mengurangi kekuatan pasukan SANGGRAMAWIJAYA hingga tersisa 600 orang saja.
Kemungkinan hal tersebut sudah menjadi bagian dari strategi perang pasukan SRI JAYAKATYĚNG dari GELANG-GELANG.
Dari RABUT CARAT, SRI MAHARAJA saat itu dengan sisa pasukannya yang tinggal 600 orang menuju ke arah utara ke PAMWATAN 《 hingga sekarang bernama Desa Pamotan , di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo yang lokasinya berada di Utara Desa Carat, Kecamatan Gempol , Kabupaten Pasuruan 》 yang terletak di
seberang sungai dan beristira hat semalam disana.
Keesokan harinya, pagi-pagi
setelah matahari terbit, datanglah musuh menyusul SRI MAHARAJA, namun disongsong dan ditahan oleh sisa-sisa pasukan beliau.
Sementara beliau dg sebagian pengiringnya mundur memisahkan diri untuk menghindari kejaran musuh.
Di tengah-tengah perjalanan beliau berunding bersama pengikutnya guna minta bantuan kepada seorang Akuwu di TERUNG 《 nama Terung masih dijumpai menjadi dua tempat yaitu Terung Wetan dan Terung Kulon, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo , yang lokasinya berada di arah Barat-Laut Desa Pamotan, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo 》bernama RAKRYAN WURWĀGRAJA .
Untuk mencapai TERUNG dengan aman dan selamat tanpa dikenali musuh, maka perjalanan dilakukan pada malam hari menuju KULAWAN
terlebih dahulu.
Namun rencana beliau sudah diketahui musuh, sehingga musuhpun menghadang di KULAWAN.
Akan tetapi SRI MAHARAJA saat itu berhasil meloloskan diri dan lari ke arah Utara menuju ke KEMBANG SRI.
Rencana meminta bantuan ke Akuwu di TERUNG pun akhir nya gagal .
Setibanya di KEMBANG SRI
《 sekarang tempat ini menjadi Desa Bangsri di Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo》ternyata sudah diketahui musuh, larilah beliau be serta sisa-sisa pengikutnya mencebur, berenang menyeberangi sungai besar (amgat bangawan, yang dimaksudkan adalah sebuah sungai, yaitu Sungai Berantas). Banyak diantaranya yang tenggelam (alanghwi ya garawalan), sebagian berhasil diburu dan dibunuh dg tombak, yang ber hasil selamat lari tercerai-berai ke segala arah.😭
Kisah perburuan berakhir setelah NARĀRYA SANGGRA MAWIJAYA beserta 12 orang pengikutnya yang tersisa berada di seberang Sungai-Bengawan yang menderita kelaparan, kelelahan, mencari perlindungan hingga tibalah di LURAH KUDADU 《 Nama toponim Kudadu sangat sulit dicari saat ini, satu-satunya indikasi yang ada adalah nama-nama desa yang
ada diantara Bangsri dan Rembang, yaitu Desa Bringinbendo atau Desa Sambibulu, ataupun Desa Gilang 》
Setelah pulih dalam perlindungan dan perawatan oleh warga dan Lurah KUDADU, selanjutnya NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA beserta 12 orang pengikutnya diantar
lah menuju ke REMBANG 《 tempat ini diperkirakan berada di dekat Pasarturi-Surabaya yang mengacu kepada Kali Krembangan, atau ada yang mengidentifikasikan lebih tepat dengan nama Desa Krembangan yang terletak wilayah Kecatam Taman, Kabupaten Sidoarjo, di Utara Bangsri, yaitu dua desa satu wilayah yang berdekatan. Desa Krembangan terletak di tepi Kali Mas merupakan anak sungai pacahan dari Kali Berantas yang menuju Kota Surabaya dan bermuara di Selat Madura 》 hingga menyeberang menyingkir ke MADURA.☝🇲🇨
Kisah perburuan musuh oleh pasukan NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA ternyata masuk dalam skenario siasat jebakan strategi perang pasukan JAYAKATYĔNG.
Dengan siasat perang gerilya "serang lari menghilang,
datang serang lagi dan menghilang" demikian seterusnya dilakukan berulang-ulang selama berhari-hari, sehingga kekuatan pasukan NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA lambat laun akan melemah, kelelahan dan kehilangan konsentrasi beserta kekuatannya. 😩😩
Terutama dengan membelotnya pasukan SANG ARDARAJA kepihak lawan, semakin memperbesar kekuatan lawan, disamping segala rencana siasat NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA mudah bocor, akibat informasi SANG
ARDHARĀJA .
Pada akhirnya berawal dari "berburu lawan", menjadi "diburu lawan" 😭🇲🇨
Strategi utama yang menjadi
tujuan utama SRI JAYAKAT YĔNG adalah mengurangi keku atan militer di pusatKERAJAAN TUMAPEL dengan memancing keluar pasukan NARĀRYASANG GRAMAWIJAYA menuju ke arah Utara menjauh dari ibukota Kerajaan TUMAPEL.
Rencana itu pula yang akan lebih mempermudah dalam upaya mengeksekusi SRI KERTANAGARA beserta pengikutnya tanpa terhalang oleh kekuatan apa pun, mengingat pula bahwa pembesar-pembesar KERAJAAN TUMAPEL pada waktu itu belum kembali ditugaskan dari Ekspedisi PA-MALAYU 1275 M (NKG 41: 6) dan 1286 M (Prasasti Padang Roco 1286 M).
Pada waktu itu kekuatan pasukan utama SRI JAYAKATYĔNG telah berada di JASUN WUNGKAL 《 JASUN = Bawang, WUNGKAL = Batu Pengasah, sehingga ada yg mengidentifikasikannya dengan nama Desa Watukosek yang berada di wilayah Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Sebagian ada yang menghubungkannya dengan nama Desa Bangkal = Pangkal di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto 》yang diperkirakan terkonsentrasi di bagian Barat-Selatan (Barat Laut) ibukota KERAJAAN TUMAPEL.
Dari uraian Rute Pengembaraan NARĀRYA SANGGRAMA WIJAYA yang secara jelas dan terperinci di dalam isi Prasasti Kudadu 11 September 1294 M, dimana peristiwa tersebut berlangsung antara tanggal 18 Mei - 17 Juni 1292 M (Prasasti Gajah Mada /Singasari, 27 April 1351 M), sangat sesuai dengan pemberitaan isi naskah Karya Sastra PARARATON dan KIDUNG HARSAWIJAYA .
🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨
𝐋𝐚𝐭𝐚𝐫 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐞𝐛𝐚𝐛 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐥𝐢𝐬𝐢𝐡𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐑𝐈 𝐊𝐄𝐑𝐓𝐀𝐍𝐀𝐆𝐀𝐑𝐀 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐒𝐑𝐈 𝐉𝐀𝐘𝐀𝐊𝐀𝐓𝐘𝐄𝐍𝐆 🇮🇩
Adanya motivasi perselisihan antara SRI KERTANEGARA dari KERAJAAN
TUMEPAL dengan SRI JAYAKATYĔNG dari Kerajaan Wilayah Bawahan GELANG-GELANG menurut beberapa sumber primer sejarah terkesan hanya se buah peristiwa perebutan keku asaan semata.
Namun di dalam Penulisan ini akan diungkapkan adanya satu faktor penyebab utama yang menjadi latar belakang nya, yang tidak pernah diungkap secara gamblang (terperinci secara jelas) di dalam beberapa sumber primer sejarah; baik Prasasti, Naskah Karya Sastra, maupun berita Asing Cina.
Perseteruan antara SRI KERTANAGARA dengan JAYAKATYĔNG (JAYAKATWANG/ JAYAKATONG/AJI KATONG/HA-JI-KA-TANG/DLL) yang terjadi pada sekitar antara tanggal 18 Mei - 17 Juni tahun 1292 Masehi (Jyestamâsa, 1214 Çaka) juga sesuai dengan pemberitaan isi PRASASTI SINGASARI (PRASASTI GAJAH MADA, 27 April 1351 M) berakhir dengan tewasnya SRI KERTANAGARA ditangan prajurit SRI JAYAKATYĔNG, yang tertera pada:
Baris ke 1-2 =
" / o / "...i çaka 1214 jyesta māsa irika diwaśani kamoktan pāduka bhatara sang lumah ring çiwabuddha..." /
{ "...di antara 18 Mei-17 Juni
1292 M, itulah saat wafatnya Pāduka Bhatāra yang bersemayam di alam Siwa-Budha..." }.😭 🇲🇨
Yang dimaksud dg " Paduka Bhatāra Sang Lumah ring Çiwa-Buddha " di atas adalah penyebutan untuk mendiang Sri Maharaja Kertanagara yang gugur bersama para Brahmana dan Pejabat Kerajaan yang terjadi pada 59 tahun yang silam ( 1292 M ) setelah dikeluarkannya Prasasti Singasari oleh Rakryan Mapatih Pu Mada tahun 1351 M tanpa menentukan tanggal
yang pasti tentang peristiwa pemberontakan tersebut dan siapa pelakunya . 🤔🇲🇨
Prasasti Singasari (Gajah
Mada) 1351 M tidak menguraikan secara rinci tentang peristiwa 59 tahun berlalu tentang gugurnya mendiang Pāduka Śri Kertanāgara yang memiliki nama ābhiseka Jñaneśwara Bajra bersama para
pengikutnya yang setia, termasuk para Brahmana
Siwa-Sogata (Buda), para Maha Werda Mantri tanpa menyebutkan penyebabnya, yang kemudian untuk memperingati peristiwa kelam tersebut didirikanlah sebuah caitya pemujaan oleh Sang Rakryan Mapatih Jirnnordhara (Gajah Mada) atas perintah Ratu Sri Tribhuwanotunggadewi Maharajasa Jayawisnu
wardani (Lihat ! baris 8-17).
PRASASTI KUDADU (GUNUNG BUTAK) 11 September 1294 M, Lempeng III, Baris b menguraikan secara jelas hal yang sama dari cuplikan fragmen di bawah ini :
"...çri krtanagara sang līna ring çiwabuddhālaya ngūni tinekān de çri jayakatyěng sakeng glangglang..."
{ SRI KERTANAGARA yang telah memasuki
bersemayam/mangkat di alam Siwa-Buda, ketika diserang oleh SRI JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG }.
"...çri krtanagara hanerikang
nūgare tumapel..."
{ SRI KERTANAGARA yang bersemayam di KERAJAAN TUMAPEL }.
"...sděng i sanjata çri jayakatyĕng karengyan tĕke jasun wungkal, irikā ta çrī mahārāja mwang sang arddharāja inutus De çrī krtanāgara mapagna sanjata çrī jayakatyĕng, mantu parnah sang arddharāja mwang çrī mahārāja de çrī krtanāgara kunĕng sang arddharāja saksāt putra de çrī jayakatyĕng..."
{ Setelah diketahui bahwa sepasukan tentara SRI JAYAKATYĔNG telah tiba di JASUN WUNGKAL, kemudian SRI KERTANAGARA memerintahkan SRI MAHA RAJA (NARĀRYA SANGGRAMA WIJAYA) beserta SANG ARDHARĀJA melawan tentara SRI JAYAKATYĔNG.
Adapun SANG ARDHARĀJA dan SRI MAHĀRĀJA , kedua
duanya adalah menantu SRI
KERTANAGARA.
Sedangkan SANG ARDHARĀJA adalah putera SRI
JAYAKATYĔNG }.
Lempeng VI, Baris b :
"...çrī jayakatyĕng ngūni ri huwusnira n huminlangakĕn çrī
krtanagara guměgwanīrikang
nagara daha, hana tojar ćrī jaya
katyĕng sinrawanakĕn irikang
sayawadwipa..."
{ SRI JAYAKATYĔNG setelah menewaskan SRI KERTANAGARA, memegang (menjadi raja) di NEGARA DAHA,.disaksikan oleh kalayak seluruh PULAU JAWA }.
Dari penjelasan isi Prasasti Kudadu 1294 M, Lempeng III, Baris b, dikatakan bahwa NARĀRYA SANGGRAMAWIJAYA dan SANG ARDHARĀJA, keduanya adalah MENANTU SRI KERTANAGARA.
Sedangkan SANG ARDHARĀJA adalah ANAK SRI JAYAKATYĔNG.
Dengan demikian hubungan dekat antara SRI KERTANEGARA dengan SRI JAYAKATYĔNG adalah BESANAN.
Lalu siapakah anak-anak wanita SRI KERTANAGARA yang dikawinkan dengan SANG ARDHARĀJA dan NARARYA SANGGRAWIJAYA pada waktu itu❓🤔
NEGARAKARTAGAMA (DEÇA WARNANNA) 1365 M , Pupuh 38, Baris 3-6; 41: 3; 43:2, 5. dijelaskan oleh
seorang Pendeta Buddha di Singasari bernama DANG HYANG RATNANGSAH yang banyak tahu tentang sejarah leluhur dan para raja yang dicandikan ("...ddon rakawin parahyun ataña krama ni tuhatuha, çri naranatha sang pada dinarmma satata pinark...") yang pernah dikunju
ngi oleh RAKAWI PRAPANCA pada tahun 1359 M (setelah 183 tahun berlalu dari peristiwa) menceriterakan bahwa BHATARA WISNUWARDHANA pada tahun 1254 M menobatkan puteranya bernama NARENDRA KERTANAGARA ("...narendra krtanagarekan abhisekanama...") dengan gelar Buddha nya ÇRI JÑANABAJREÇWARA ("...nama jinabhisekanira sang çri jñana bajreçwara...").
Pada tahun 1292 M,
NARENDRA KERTANAGARA wafat dan berpulang ke JINAINDRALAYA ("...nrpati mantuk ring jinaindralaya...") dengan gelaran Yang Bersemayam di alam Siwa Buddha ("...sang mokteng çiwa buddaloka...").
Selanjutnya diceritakan oleh Dang Hyang Ratnangsah kepada Mpu Prapañca pada Pupuh 44: Baris 1-4; 45: 1, tentang sepak terjang HAJI JAYAKATWANG hingga akhir hayatnya.
"...tatkala çri narendra krtanagara mulih ring budda bhawana, trasan rat duhkha
horahara khadi maluya rehnyan
kaliyuga, wwanten samantaraja
prakaçita jayakatwan nama ku
haka , nkaneng bhumi khadiryyapti sumiliha wiçesamrih khi
rakhira..."
( tatkala ÇRI NARENDRA KERTANAGARA pulang ke Buddabhuwana ; mereka takut, duka, huru-hara, laksana jaman Kali kembali.
Raja bawahan bernama JAYAKATWANG; berwatak terlalu jahat, berkhianat, karena ingin berkuasa di Wilayah KEDIRI.).
"...nuni lunhanira çri krtajaya
rikanang çakabdi manusa, ajña çri rikanang çakabdi manusa, ajña çri parwwatanīndrasuta
jayasabhan angantyan siwin, ring çakastekana çastrajaya muwah umungwing bhumi ka-
diri, ring çaka trinisan çankara haji jayakatwang natha wksan. .."
( Tahun Çaka Laut Manusia =
1144 Ç = 1222 M, mangkatnya
SRI KERTAJAYA.
Atas perintah Putera SRI PARWATA INDRA, JAYASABA
berganti menjadi raja.
Tahun Çaka Delapan Satu Satu
= 1180 Ç = 1258 M, SASTRAJAYA menjadi Raja BHUMI KADIRI
Tahun Çaka Tiga Sembilan Çankara = 1193 Ç = 1271 M, HAJI JAYAKATWANG Raja ter-
akhir.).
"...sakweh ning natha bhakti
wanita wka bhataradrīndratana ya, astam ri çri narendra krtana
ya, tkeng nusantara manut, manke pwe line sang bhupati haji jayakatwan murkka wipatha, keweh ninrat rinaksen kali niyata hayunya tan dadi lana..."
{ Semua Raja berbakti kepada CUCU ( SRI KERTANAGARA) PUTERA GIRINATA (SRI RANGGAH RAJASA/BHATARA KAGENENGAN).
Seluruh NUSANTARA tunduk kepada SRI NARENDRA KERTANAGARA.
Akan tetapi SANG BHUPATI
HAJI JAYAKATWANG murka, membagi buta, dan mendurhaka.
Ternyata damai tak kekal, akibat bahaya anak piara KALI.}
DAFTAR RAJA-RAJA KEDIRI:
1. KERTAJAYA (... - 1222 M).
2. JAYASABA (1222 - 1258 M).
3. SASTRAJAYA (1258 - 1271
M).
4. JAYAKATWANG ( 1271 -
1293 M).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua cabang GENEALOGIS antara SRI KERTANAGARA dengan SRIJAYAKATYĔNG.
SRI JAYAKATYĚNG mengikuti alur silsilah dari trah Keluarga Raja-Raja KEDIRI (PANJALU), sedangkan SRI KERTANEGARA mengikuti alur SILSILAH dari trah keluarga raja
Raja TUMAPEL (SINGASARI) yang di didirikan oleh SRI RANGGAH RAJASA (Pararaton = KEN AROK).
Silsilah SRI KERTANAGARA dimulai dari pendiri Kerajaan Tumapel oleh SRI RANGGAH RAJASA (Pararaton = KEN AROK) yang dijuluki sebagai PUTERA GIRINATA ( GIRĪNDRAPRAKAÇA = ÇRI GIRĪNDRĀTMAJA = ÇRI GIRĪN
DRĀTMASUNU) yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182 M.
"...deçagön wetaning parbwata khawi pnuh ing sarwwabhogati
-ramya, kuww angehnyan kamantyran manaran i kutha rajenadeh wwang nika bap, yekingwan çri girindratmajan umulahaken darmma..." NKG 40: 2).
( Daerah luas di sebelah Timur Gunung Kawi terkenal subur makmur.
Ibu kota pemerintahan bernama KUTARAJA.
Di situlah tempat Putera SRI
GIRINATA menunaikan darmma ).
Pada tahun 1222 M, setelah menjadi raja dg ibukota Kerajaan di KUTARAJA melakukan perlawanan terhadap Raja KEDIRI bernama
SRI KERTAJAYA.
"...ri çakabdi krta çankara, sira tumben çri narendran kadinten,
sang wiranindita çri krtajaya
nipuneng çastra tatwopadeça,
çighralah göng bhayamrih mala
jen anusup ajaran parçwaçunya
sakwehning bhrtya mukyan para pajurit asing kari ring rajya
çirnna..." (NKG 40: 3).
{ Tahun Saka Lautan Dadu Siwa ( 1144 Çaka = 1222 M ) SRI NARENDRA (SRI RANGGAH RAJASA) melawan Sang Perwira SRI KERTAJAYA .
Putus sastra serta tatwopa-
desa. Kalah, ketakutan, melarikan diri ke dalam biara terpencil. Semua pengawal, perwira,
dan tentara yang tertinggal
mati terbunuh }.
"... ryyalah sang çri narendra kadiri girigirin tang sabhumi
jawars, praptanembah pada
wwatsahanahana wijil ning swadeçan pasewa, tunggal tang Jangala mwang khadiri sama samanekana thatiçanta, nkan tembenin dapur mwang kuwu Juru tumameng samya mande
sukhen rat..." (NKG 40: 4)
{ Setelah kalah SANG SRI NARENDRA KADIRI, seluruh
tanah JAWA dalam ketakutan.
Semua Raja datang menyembah membawa tanda bhakti hasil bumi.
Bersatu JANGGALA (Kahuripan/Jiwana) dan KADIRI (PANJALU/DAHA) dibawah kuasa satu raja sakti.
Cikal bakal para raja agung yang akan memerintah kemudian☝🇲🇨
"...ri çakasyabdi rudra krama
kalahaniran mantuk ing swarggaloka, kyanin rat sang dinarmma dwaya ri kagnanan çewa bodden usana.." (NKG 40: 5).
{ Tahun Saka Muka Lautan
Rudra (1149 Ç = 1227 M) beliau kembali ke alam surga.
Di dharmakan/ dicandikan di KAGENENGAN bagai SIWA, di USANA bagai BUDA.}.
"...bhatara san anusanatha wka dw bhatara sumilih wiçesa siniwi ..."
"... çakabdi tilakadri çambhu
kalahan bhatara mulih ing girindrabhawana, sireki winanun pradipa çimbha rikang sudarmma ri kidal..." (NKG 41: 1).
{ Batara ANUSAPATI ; putera Bhatara ( SRI RANGGAH RAJASA ) berganti dalam kekuasaan.
Tahun Saka Perhiasan Gunung Sambu (1170 Ç = 1248 M) Bhatara ANUSAPATI berpulang ke SIWALOKA (GIRINDRA BHAWANA). Diwujudkan bagai
SIWA di CANDI KIDAL.}.
"...bhatara wisnuwardana ktekaputranira sang gumanti siniwi, bhatara narasinha rowanira tulya madawasahagrajamageh
i rat..." (NKG 41: 2).
{ BATARA WISNUWARDANA, putera Baginda (ANUSAPATI),
berganti dalam kekuasaan,
beserta BATARA NARASINGA bagai MADAWA dengan INDRA }.
"...i çaka rasa parwwatenduma
bhatara wisnwanabhiseka sang suta siwin, samasta para samya ring kadiri jangalomarkh amuspa ring urasabha, narendra krtanagarekan abhisekana
ma ri siran huwus rakaçita, pradeça kutaraja mankin atiçobhi tanaran i sinhasari nagara..."
NKG 41: 2 }.
{ Tahun Saka Rasa Gunung Bulan ( 1176 Ç = 1254 M ), BATARA WISNUWARDANA menobatkan puteranya .
Segenap rakyat KADIRI (PANJALU)-JANGGALA berduyun-duyun bersembah bakti ke istana.
NARENDRA KERTANAGARA nama gelar penobatannya (Nama Abhiseka) tetap demikian seterusnya.
Daerah KUTARAJA bertambah makmur, berganti nama NEGARA/KERAJAAN SINGASARI.
DAFTAR RAJA-RAJA SINGASARI:
1. SRI RANGGAH RAJASA
(KEN AROK).
2. BATARA ANUSAPATI.
3. BATARA WISNUWARDANA.
4. NARENDRA KERTANAGARA.
Dari uraian dua alur keturunan (genealogi) yang berbeda antara Keluarga Raja-Raja KEDIRI denga TUMAPEL (SINGASARI) upa-rupanya pernah terjadi sebuah perselisihan genealogis di masa lalu antara RAJA KEDIRI; SRI KERTAJAYA dengan SRI RANGGAH RAJASA (KEN AROK) dengan kesalahan di pihak SRI KERTAJAYA dari KEDIRI.
Dengan kekalahan tersebut maka berakhirlah masa kejayaan KEDIRI yang kemudian digantikan oleh TUMAPEL (SINGASARI) yang berkuasa atas Tanah JAWA (bhumi Jawa).
Kudeta yang dilancarkan oleh SRI JAYAKATYĔNG dari GELANG-GELANG di wilayah KEDIRI terhadap SRI KERTANAGARA dari TUMAPEL (SINGASARI) merupakan bentuk pembalasan atas perseteruan di antara para buyutnya sebagai pemersatu terhadap ingatan sejarah bersatunya hegemoni JANGGALA(KAHURIPAN / JIWANA) dengan
PANJALU (KADIRI- DAHA)
sebagai simbol kekuasaan pemersatu TANAH JAWA (BHUMI JAWA).
🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨 🇲🇨
𝐒𝐑𝐈 𝐉𝐀𝐘𝐀𝐊𝐀𝐓𝐖𝐀𝐍𝐆 🇮🇩
(𝐆𝐞𝐧𝐞𝐚𝐥𝐨𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐀𝐤𝐡𝐢𝐫)
Nama SRI JAYAKATYĔNG pertama kali dapat dijumpai pada isi PRASASTI MÛLA-
MALURUNG (15 Desember 1255 M) yang dikeluarkan oleh
NARĀRYYA SMINING RĀT (SRI WISNUWARDANA).
Prasasti Mûla-Malurung merupakan sebuah penetapan hadiah anugerah sang raja kepada pengikutnya yang setia bernama PRĀNARĀJA atas tanah di Desa Mûla dan Malurung.
Penganugerahan tersebut telah direstui oleh semua raja bawahan yang sebelumnya pernah diangkat oleh NARĀRYA SEMININGRAT yang diketuai oleh NARĀRYA MÛRDDHAYA
(SRI KERTANAGARA) yang diangkat sebagai raja muda di DAHA.
Menurut penjelasan isi Prasasti Mula-Malurung (15 Desember 1255 M) Lempeng VII, Sisi a, Baris 4-6 :
"...sira turuk bali, putrī nira
narārya smining rāt, pinaka
parameçwarī nira çri jayakat
yĕng , saksat kapwanakanira
narāryya smining rāt, sira pinra
tista ngkāneng manikanaka
singhāsana, maka nagare glangglang , sinewita dainikang
sakala bhūmi wurawan..."
(Beliau TURUK BALI, putrinya
NARĀRYA SMINING RĀT, sebagai permaisuri SRI JAYAKATYĔNG, nyata-nyata
keponakan NARĀRYA SMININGRĀT, beliau dilantik di atas takhta emas permata di NEGERI GELANG-GELANG di-
pertuan oleh segenap BHŪMI WURAWAN).
Nama GELANG-GELANG
dan WURAWAN diperkirakan terletak di bagian Barat pusat Kerajaan DAHA-KEDIRI (PANJALU), tepatnya di sekitar wilayah Kabupaten Madiun dengan Ponorogo.
Di masa MAJAPAHIT mewakili daerah WENGKER. (Hadi Sidomulyo, 1970: 155).
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa BHŪMI WURAWAN dapat dijumpai sebagai nama Dusun NGRAWAN, Desa DOLOPO, Kecamatan DOLOPO, Kabupaten MADIUN, JAWA TIMUR.
Posisi DAHA yang berada di BHŪMI KADIRI (Kota Kediri sekarang) yang terletak di sebelah Timur Gunung Wilis,
sedangkan GELANG-GELANG di BHŪMI WURAWAN terletak
disebelah Barat Gunung Wilis.
Di dalam isi prasasti Mûla-Malurung SRI JAYAKATYĔNG selain dikatakan sebagai suami dari anak; putri NARĀRYA SEMININGRAT (SRI WISNUWARDANA) bernama TURUK BALI, juga masih dianggap sebagai keponakan (kapwanakan) sang raja.
Oleh P.J. Zoetmulder istilah keponakan (kapwanakan) ditafsirkan sebagai "seorang anak dari saudara perempuan" sang raja.
Namun sayang nama saudara perempuan SRI WISNUWARDANA selaku ibu dari SRI JAYAKATYĔNG tidak diketahui dan menjadi sebuah misteri (❓🤔).
Sedangkan nama ayahnya diperkirakan sebagai Raja KEDIRI, yaitu SASTRAJAYA yang naik tahta pada tahun 1258 M (NKG 44: 2).
Hal ini didukung kuat oleh
pencantuman kedua nama tokoh di atas, yaitu SRI JAYAKATYĔNG dan SASTRAJAYA di dalam Prasasti Mûla-Malurung (15 Desember 1255 M) pada Lempeng IV (Hadi Sidomulyo,
1970: 155).
Dengan demikian keluarga RAJA WISNUWARDANA (TUMAPEL-SINGASARI) telah berupaya merangkul keluarga SRI KERTAJAYA (re-konsiliasi) dari KEDIRI (PANJALU)
dengan cara perkawinan antara
saudara perempuannya dengan
ŠRI ŠĀSTRAJAYA .
Dengan demikian pula bahwa SRI JAYAKATYĔNG secara tidak langsung masih ada hubungan darah sebagi bagian dari WANGSA RAJASA melalui garis keturunan ibunya (? 🤔).
Sedangkan SRI JAYAKAT YĔNG dengan istrinya TURUK
BALI masih saudara sepupu.
Dari hasil perkawinan keduanya diperoleh seorang putera bernama SANG ARDHARĀJA yang dijadikan menantu oleh SRI KERTANAGARA (salah satu diantara keempat putrinya ❓🤔) sesuai dengan pemberitaan Prasasti Kudadu
(11 September 1294 M).
Hubungan kekeluargaan antara SRI KERTANEGA dengan SRI JAYAKATYĔNG terdapat beberapa tali kekerabatan yang sangat dekat, yaitu sebagai ; BESAN, SEPUPU, sekaligus sebagai KEPONAKAN.
Semenjak SRI JAYAKAT YĔNG sukses melakukan kudeta terhadap SRI KERTANAGARA sekaligus mengakhiri hegemoni berdirinya NEGARA TUMAPEL di tahun 1292 M.
Selanjutnya SRI JAYAKATYĔNG mengangkat dirinya sebagai penerus KERAJAAN KEDIRI (PANJALU) yang beribukota di DAHA.
Namun SRI JAYAKATYĔNG
lupa bahwa ada sosok seorang yang dikecewakan, yaitu SRI NARĀRYA SANGGRAMAWIJA yang sedang mengungsi ke Pulau Madura bersama ARYA WIRARAJA diam-diam mengatur strategi dqn menggalang kekuatan untuk balas dendam menggulingkan
kekuasaan SRI JAYAKATYĔNG
di DAHA-KEDIRI.
NEGARAKARTAGAMA Pupuh 44: 1 dan 45:1,menerang kan bahwa :
"...pandani wruhniren çastra
panawaçani kotsahan haji danu, mogha wwanten wka çri
nrpati malahaken çatrwamaha
yurat, ndan mantwangehnira
dyah wijaya panlahin rat masta
wa sira, ardda mwang twang
tataran mmampri haji jayakatwang bhrasta sarana..."
"...ri pjah nrpa jayakatwan awa
tikang jagat alilan, masa rupa
rawi çakabda rika sira nararyya
sira ratu, siniwing pura majha
pahit tanuraga jayaripu, tinlah
nrpa krtarajasa jayawarddana
nrpati..."
{ berkat keulungan sastra dan
keuletannya jadi raja sebentar (JAYAKATWANG) ,lalu ditunduk
kan putera ÇRI NERPATI (ÇRI NARENDRA KERTANAGARA).
Ketrentaman kembali, sang me
nantu DYAH WIJAYA gelarnya yang terkenal itu.
Bersekutu dengan TUAN TATAR; menyerang, Menghancurkan HAJI JAYAKAT WANG }.
{ Setelah mangkat JAYAKAT WANG, jagat gilang-gemilang
kembali.
Tahun Çaka Masa-Rupa-Surya (1216 Ç = 1294 M) beliau (DYAH WIJAYA) menjadi raja,
disembah di MAJAPAHIT.
Kesayangan rakyat, pelebur
musuh, bergelar SRI NARAPATI
KERTARAJASA JAYAWARDA-
NA }.
Dari uraian di atas diceriterakan bahwa HAJI JAYAKATWANG dari DAHA
KEDIRI ditaklukan oleh DYAH
WIJAYA dengan bantuan pasukan TATAR (CINA- MONGOLIA) sebelum tahun 1294 M.
Kedatangan pasukan TATAR (CINA-MONGOLIA) awalnya bertujuan untuk menghukum SRI KERTANAGARA yang tidak mau tunduk terhadap kekuasaan KUBILAI-KHAN dari Dinasti YUAN-MONGOL di CINA (1271 - 1368 M).
Kedatangan pasukan YUAN
MONGOL tersebut kemudian di
manfaatkan untuk menggempur JAYAKATWANG
di DAHA-KEDIRI.
Dari catatan Berita Cina (Yuan Shi) DINASTI YUAN-MONGOL (1271
-1368 M) diberitakan tentang kronologis perjalanan pasukan dari Cina hingga tiba di Pulau Jawa.
Ekspedisi pelayaran ke Tanah JAWA tersebut direncanakan selama 7 bulan perjalanan laut, sejak berangkat
di bulan Desember 1292 M hingga bulan Juni 1293 M.
Jumlah armada pasukan YUAN-MONGOL yang dikirim oleh KUBILAI-KHAN sebanyak 20.000 - 30.000 prajurit yang dimuat oleh 1000 buah kapal
dengan pembekalan logistik selama satu tahun.
Armada tersebut dipimpin oleh Jendral SHI-BI (orang Mongolia) dengan kedua panglima perangnya; IKE MESE
( orang Uyghur) dan GAOXING
(Orang Cina dari Suku Han).
Pasukan Yuan Mongol tersebut sebagian besar di rekrut dari wilayah Cina bagian Selatan; Fujian, Jiang Xi dan Huguang.
Pasukan tersebut diberangkatkan dari QUANGZHOU di bagian Selatan
Cina, dengan menelusuri pesisir Dai -Vet dan Champa.
Pada bulan Januari 1293 M,
Pasukan Yuan tiba di KO-LAN
(BILITON / Pulau Belitung) untuk beristirahat sambil mengatur strategi penyerangan
mereka.
Pada tanggal 1 Maret 1293 M, seluruh pasukan telah ber
kumpul di Muara Kali Mas (percabangan Sungai Berantas)
Kedatangan pasukan Yuan-Mongol di Jawa disambut
dan diajak bersekutu oleh Dyah
Wijaya (Raden Wijaya) untuk melawan pasukan JAYAKATYĔNG dari KEDIRI- DAHA.
Mata-mata Dyah Wijaya melaporkan bahwa pasukan KEDIRI telah tiba mendekati markas nya di Desa Terik.
Pada tanggal 7 Maret 1293 M, pasukan KEDIRI tiba dari
tiga jurusan untuk menyerang markas Dyah Wijaya.
Pada pagi hari keesokan harinya, tanggal 8 Maret 1293 M, IKE MESE mengirim pasukannya untuk menyerang
musuh yang datang dari arah
Barat Daya, namun menghilang
GAO XING bertempur melawan musuh yang datang dari arah Tenggara, hingga me
maka mereka melarikan diri kepegunungan.
Menjelang tengah hari, pasukan musuh datang lagi dari arah Tenggara, namun GAO XING berhasil mengalahkan nya di sore hari.
Pada tanggal 15 Maret 1293 M, Pasukan Yuan-Mongol direncanakan dibagi tiga jalur perjalanan yang berbeda menuju satu arah ke KEDIRI- DAHA.
Disepakati bahwa pada tanggal 19 Maret 1293 M mereka bertemu di KEDIRI untuk memulai penyerangan setelah mendengar aba-aba adanya suara meriam (pao).
Pasukan pertama berlayar menyusuri sungai (Sungai Berantas).
Pasukan ke dua di
pimpin oleh IKE MESE berjalan menyusuri tepian sungai bagian sisi Timur.
Pasukan ke tiga di pimpin oleh GAO XING berjalan menyusuri tepian sungai bagian sisi Barat.
Sedangkan Dyah Wijaya beserta pasukannya berada dibarisan bagian belakang.
Sesuai dengan yang telah direncanakan bahwa seluruh pasukan bertemu di DAHA-KEDIRI pada tanggal 19 Maret 1293 M.
Setelah mendengar aba-aba bunyi sentuman suara meriam (Pao), maka pertempuranpun berkecamuk, dimulai sejak pukul 06.00 hingga pukul 14.00 .
Setelah dilakukan penyerangan selama tiga kali, pasukan KEDIRI dapat dikalahkan dan melarikan diri.
Sementara itu pasukan DYAH WIJAYA menyerang ibukota DAHA dari arah lain.
Istana SRIJAYAKATYĔNG berhasil dijarah dan dibakar habis.
Beberapa ribu pasukan KEDIRI yang mencoba menyeberangi Sungai banyak yang tenggelam, sementara yang tewas dalam pertempuran
sebanyak 5000 orang.😩😭
Raja JAYAKATYĔNG (HA-JI KA-TONG) mundur ke bentengnya, namun didapatinya istananya telah habis terbakar.♨️
Kemudian pasukan. YUAN-MONGOL mengepung ibukota DAHA, dan meminta JAYAKATWANG untuk menyerah.
Pada sore harinya ,tanggal 19 Maret 1293 M, JAYAKATWANG menyatakan diri menyerah .
Kemudian tentara Yuan-Mongol menangkap JAYAKATWANG, Istrinya, puteranya, dan semua perwiranya, beserta harta bendanya senilai 50 juta Yuan
sebagai pampasan perang.
Pada tanggal 19 April 1293 M, tepat sebulan tentara Yuan-Mongol merayakan pesta kemenangan, Dyah Wijaya memobilisasi pasukannya.
Dengan taktik yang jitu pasukannya menyerang balik rombongan pasukan Yuan-Mongol yang kebetulan terpisah-pisah dari induknya, dibuat tercerai-berai banyak yang terbunuh diperkirakan antara 12.000 hingga 18.000
orang.
Dengan sisa pasukan yang ada mereka meninggalkan Pulau Jawa menuju Cina, dan tiba di sana pada sekitar bulan
Juni 1293 (W.P. Groeneveldt, " 1880).
Demikianlah uraian tentang biografi singkat tentang petualangan SRIJAYAKATYĔNG (JAYAKATWANG/JAYAKATONG/HAJI KA-TONG) yang menjadi Raja Bawahan TUMAPEL (SINGASARI) di GELANG-GELANG di BHŪMI WURAWAN dengan lambang
Bendera Merah-Putih 🇲🇨 nya.
Diperkirakan menjadi Raja Bawahan Tumapel di Gelang- Gelang di Bhūmi Wurawan atas
nama istrinya (Turuk Bali), antara 15 Desember 1255 M hingga 18 Mei-16 Juni 1292 M.
Setelah itu mengangkat dirinya sebagai Raja KEDIRI dengan ibukotanya di DAHA pada 18 Mei-16 Juni 1292 M
hingga 19 Maret 1293 M sesuai
dengan pemberitaan Naskah Negarakartagama Pupuh 44, Bait ke 4 bahwa menjadi raja hanya sebentar ("...kotsahan haji danu...").
Kediri-Tabanan
BALI, 16 Agustus 2024 🇲🇨
𝐏𝐮𝐬𝐭𝐚𝐤𝐚 𝐀𝐜𝐮𝐚𝐧:
Aris Munandar, A. " Beberapa
Data Historis dari Prasasti
Mûla-Malurung." (Skripsi),
Fakultas Sastra Universitas
Indonesia, 1984.
Berg, C.C. " Kidung Harsa Wija
ya." BKI (88) 1931.
Boechari. " The Inscription of
Mûla-Malurung : A new
evidence on the history city
of Ken Angrok." Majalah
Arkeologi, Thn. III, No.1-2,
Sept-Nop, 1980.
Chandra, L. " The Jaka Dolog
Inscription of King Krtanaga-
ra." dalam: Cultural Horizons
of India (4), New Delhi, 1995.
Goenawan A. Sambodo. " Dari
Prasasti ke Prasasti." Pener
bit : Komunitas Taksaka,
2020.
Groeneveldt, W.P. " Notes on
The Malay Archipelago
and Malacca Compiled from
Chinese Sources." Batavia,
1880.
Hadi Sidomulyo. " Napak Tilas
Perjalanan Mpu Prapañca."
Wedatama Widya Sastra &
Yayasan Nandiswara, Jurus-
an Pendidikan Sejarah FIS
UNESSA, 2007.
Slametmulyana. " Nagarakreta-
gama dan Tafsir Sejarahnya.
Bhratara Karya Aksara, Jakar
ta, 1979.
(1292 - 2024)

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama