Antara Situs dan Siklus Literasi Sejarah

IKA DEWI RETNO SARI, M.Pd

SMA NEGERI 14 SEMARANG

Pada hakikatnya, Sejarah merupakan mata pelajaran yang menekankan pada pengembangan konsep serta struktur peristiwa. Namun kadangkala pembelajaran Sejarah sering dianggap hanya sebagai urutan peristiwa. Hal tersebut terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariatif sehingga pemahaman mengenai hakikat di balik peristiwa sejarah kurang dapat dipahami peserta didik. Metode pembelajaran yang tidak variatif tentunya menimbulkan rasa jenuh dan bosan dari peserta didik terhadap pembelajaran yang dilakukan khususnya pada mata pelajaran Sejarah. Berbicara soal sejarah berarti berbicara tentang rangkaian perkembangan peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia diwaktu yang lampau dalam berbagai aspeknya. Menurut Widja, apabila kita berbicara tentang pengajaran sejarah itu berarti membawa rangkaian peristiwa kehidupan manusia ke dalam kelas untuk diinformasikan dan disimak peserta didik. Peristiwa masa lampau yang diangkat kembali melalui prosedur penelitian sejarah oleh ahli dianggap memiliki manfaat atau kegunaan bagi kehidupan manusia pada masa sekarang yang mempelajarinya, antara lain untuk pendidikan (edukatif), memberi pengajaran (instruktif), memberi ilham (inspiratif), memberi kesenangan (rekreatif).

Dalam Peraturan Menteri Dikbudristek No. 57 Tahun 2022 yang telah diubah dengan No. 262 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran ada 5 prinsip pengembangan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan  (KOSP) yaitu berpusat pada peserta didik, kontekstual, esensial, akuntabel, dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Prinsip pengembangan kurikulum Merdeka menekankan pada kemandirian, relevansi, keberagaman dan kesetaraan. Dalam penerapannya, pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih bermakna, relevan dengan kebutuhan peserta didik dan berorientasi pada masa depan. Didasari prinsip pengembangan Kurikulum Merdeka tersebut, pembelajaran Sejarah juga dituntut untuk menyesuaikan pada potensi dan lingkungan untuk mencapai tujuan pengembangan kompetensi peserta didik. Pemanfaatan situs sejarah sebagai sumber belajar diharapkan secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Sejarah di SMA. Ketersediaan situs serta adanya kurikulum yang mendukung semakin menambah pentingnya pemanfaatan situs sejarah dalam pembelajaran. Pemanfaatan situs sejarah selain dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan pemahaman serta gambaran yang lebih nyata mengenai materi yang sesuai dengan situs tersebut, juga akan dapat menambah wawasan kesejarahan dan wawasan budaya bagi peserta didik. Dalam prinsip pelaksanaan kurikulum disebutkan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). Pembelajaran dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa semua aspek yang ada dalam lingkungan yang dapat digunakan sebagai sumber belajar, harus dimanfaatkan secara optimal sebagai pendukung keberhasilan pendidikan. Maka situs sejarah merupakan salah satu bagian dari lingkungan sekitar yang memiliki potensi sebagai sumber belajar.

Situs memiliki berbagai pengertian yang berbeda karena selain dalam dunia komputer dan internet, di dalam dunia sejarah juga terdapat istilah situs. Bila dalam dunia komputer dan internet situs merupakan website, sebuah alamat yang bisa kita kunjungi dan berisi informasi tertentu tentang pemilik website, maka kata situs dalam dunia sejarah berhubungan dengan tempat atau area atau wilayah. Menurut William Haviland Situs Sejarah adalah tempat-tempat dimana ditemukan peninggalan-peninggalan arkeologi di kediaman makhluk manusia pada zaman dahulu dikenal dengan nama situs. Situs biasanya ditentukan berdasarkan survey suatu daerah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Situs Sejarah merupakan tempat ditemukannya benda-benda purbakala. Situs Sejarah memiliki berbagai kegunaan. Selain sebagai penelitian arkeologis, Situs Sejarah dapat pula dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata budaya serta sebagai sumber belajar bagi peserta didik. Peserta didik dapat berlatih menganalisis peristiwa sejarah berdasarkan bukti sejarah yang berupa situs sejarah tersebut.

Pembelajaran dengan memanfaatkan Situs Sejarah sebagai sumber belajar dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi masalah metode mengajar yang monoton, sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan rekreatif. Situs sejarah tentu memilki peran yang penting dalam pembelajaran sejarah kaitannya dengan manfaat sejarah sebagai pendidikan. Situs sejarah dapat digunakan sebagai sumber sejarah yang menyajikan berbagai fakta yang lebih dekat dengan kebenaran serta memberikan fakta yang lebih dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai sumber sejarah, Situs Sejarah juga dapat membantu dalam pembelajaran sejarah, melalui situs-situs sejarah dapat membantu peserta didik dalam memahami dan mencoba merangkai peristiwa yang terjadi di masa lampau.

Pemanfaatan Situs Sejarah sebagai sumber belajar sejarah dapat memberikan gambaran yang lebih nyata kepada peserta didik sehingga mereka diharapkan dapat memahami peristiwa Sejarah secara lebih nyata, tidak hanya dalam gambaran yang masih abstrak. Pemanfaatan Situs Sejarah dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya saja melalui film dokumenter atau VCD pembelajaran mengenai situs tersebut, ataupun dengan menunjukan gambar bagian-bagian situs dan lain-lain. Selain itu juga dapat dengan melakukan kunjungan langsung ke situs-situs sejarah, Penemuan situs-situs sejarah sangat besar manfaatnya bagi sejarah Indonesia, sebab dengan adanya penemuan-penemuan Situs Sejarah tersebut dapat memperkaya cerita Sejarah Indonesia. Selain itu, keberadaan situs-situs sejarah tersebut dapat digunakan sebagai pembenaran dari fakta-fakta Sejarah yang telah ada, sehingga dapat dijadikan sebagai pembanding untuk mengukur kredibilitas sumber sejarah atau sebagai verifikasi sumber sejarah yang sudah diakui sebelumnya.

Situs sejarah yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar Sejarah, secara tidak langsung dapat meningkatkan kulitas pembelajaran Sejarah. Ketika Situs Sejarah telah dimanfaatkan sebagai sumber belajar Sejarah, maka Situs Sejarah tersebut akan menjadi alternatif media sumber pembelajaran yang strategis untuk meningkatkan minat dan pemahaman peserta didik  mengenai materi yang berhubungan dengan Situs Sejarah tersebut. Situs Sejarah dapat pula digunakan sebagai sarana bagi peserta didik untuk mencoba menganalisis peristiwa masa lalu dan merangkainya menjadi sebuah cerita utuh. Peristiwa Sejarah tidak mungkin dapat dihadirkan secara nyata dalam pembelajaran Sejarah. Sebab sebagai peristiwa, Sejarah memiliki sifat unik. Maksud dari Sejarah sebagai peristiwa yang unik yaitu peristiwa Sejarah hanya terjadi sekali dan tidak dapat terulang persis sama untuk kedua kalinya sehingga peristiwa Sejarah tidak akan mungkin dapat dihadirkan dalam kelas. Maka dari itu keberadaan Situs Sejarah dapat digunakan oleh guru sebagai sumber belajar untuk menghadirkan peristiwa sejarah tersebut dalam pikiran peserta didik. Sejarah akan menjadi mata pelajaran yang membosankan manakala dalam proses pembelajarannya tidak dilakukan dengan metode yang menarik atau dengan kata lain pembelajaran yang dilakukan guru sangat monoton. Situs Sejarah dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi hal tersebut. Sebab dalam hal ini peserta didik akan mengalami proses pembelajaran yang lebih berorientasi pada mereka dan mereka dituntut untuk memvisualisasikan imajinasi mereka berkaitan dengan Situs Sejarah sebagai sumber belajar mereka. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan peran dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan peserta didik akan lebih tertarik belajar Sejarah dengan sumber belajar yang nyata dan lebih dekat dengan kebenaran.

Selain itu pembelajaran Sejarah juga membutuhkan sumber lengkap untuk dapat merangkai peristiwa masa lalu dalam pikiran peserta didik secara lebih nyata. Namun terkadang sumber-sumber yang ada selama ini kurang mampu menghadirkan peristiwa Sejarah secara nyata, sebab sumber yang selama ini paling banyak digunakan guru yaitu buku, tidak selalu dilengkapi dengan gambar-gambar maupun ilustrasi yang sebenarnya dapat membantu peserta didik dalam mencoba merangkai peristiwa masa lalu. Hal tersebut akan berakibat pada kurang maksimalnya penyerapan materi oleh peserta didik yang disebabkan ketidakjelasan dari gambaran Sejarah yang mereka terima. Dengan memanfaatkan Situs Sejarah secara maksimal sebagai sumber belajar, akan menjadi sebuah langkah pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam mendapatkan gambaran sejarah secara lebih gamblang.

Lalu bagaimana keterkaitan pemanfaatan Situs  Sejarah dengan siklus literasi, dalam perkembangan  teknologi informasi yang mengemuka di kehidupan manusia sepuluh tahun terakhir? Derasnya informasi di jagat daring mendera konstruksi berpikir manusia. Di satu sisi mendapatkan begitu banyak pengetahuan, tapi di lain sisi otaknya “lumpuh” karena menjadi budak dari informasi yang saling sengkarut itu. Karena itu, persoalan demikian dapat dianalisis sebagai sebuah fenomena baru yang mendekonstruksi definisi literasi yang tak lagi bermakna seputar membaca dan menulis. Kedudukan informasi dalam proses perkembangan intelektual manusia berperan sebagai gerbang awal sebelum memasuki tahap “mengetahui”. Selanjutnya, diikuti fase “memahami” yang secara tak langsung membentuk cakrawala baru yang lebih terang. Dua titik antara “mengetahui” dan “memahami” itu dijembatani oleh kecakapan literasi yang dewasa ini kerap didengungkan pendidikan modern sebagai terobosan baru dalam pembentukan individu yang melek pengetahuan. Persoalan literasi di atas belum ditempatkan sebagai pembelajaran di kelas bila dikaitkan dengan proses pendidikan dalam konteks sekolah karena masing-masing pelajaran masih diberlakukan sebagai muatan informasi.

Salah satunya dengan membudayakan literasi dengan program 6M. Untuk meningkatkan budaya literasi di sekolah, khususnya di kelas pada kalangan pelajar, diperlukan suatu tindakan yang salah satunya melalui program 6M. Program 6M sendiri terdiri atas tindakan mengamati (observe), mencipta (create), mengomunikasikan (communicate), mengekspresikan (appreciate), membukukan (post), memamerkan (demonstrate). Program ini dibiasakan untuk mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan keterampilan yang dimilikinya agar peserta didik lebih peka, peduli, kritis, kreatif, dan jujur. Dengan program ini peserta didik dapat lebih membiasakan diri dalam mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Semakin besar peserta didik sadar akan pentingnya budaya literasi, maka semakin besar peluangnya untuk mampu bersaing di era modern.

Pembiasaan berbudaya literasi sangat sesuai dengan metode penelitian Sejarah bahwa Historiografi merupakan sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi), dan diinterpretasi. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa peristiwa Sejarah memerlukan penelitian sebelum disajikan dalam bentuk Historiografi. Kuntowijoyo dalam Pengantar Ilmu Sejarah (2010) menjelaskan bahwa penelitian sejarah mempunyai 5 tahapan, yaitu pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi. Dalam memilih topik penelitian Sejarah, ada baiknya mempertimbangkan beberapa hal yaitu kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Pengumpulan sumber merupakan tahapan yang cukup penting untuk mewujudkan keberhasilan penelitian Sejarah. Pada tahap ini, biasanya digunakan kemampuan teoritik yang bersifat deduktif-spekulatif. Setelah berhasil mengumpulkan sumber yang relevan untuk penelitian, maka kritik sumber merupakan langkah yang ditempuh selanjutnya. Pada dasarnya verifikasi adalah kegiatan penyeleksian terhadap sumber-sumber yang diperoleh. Selanjutnya data yang diperoleh akan diinterpretasi (penafsiran). Tahap penafsiran ini dapat dikatakan sebagai pemberian makna (analisis) serta menyatukan (sintesis) fakta-fakta yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam intepretasi ini juga terjadi proses imajinasi Sejarah. Dan tahap terakhir adalah historiografi (penulisan sejarah). Ketika tahap ini telah diselesaikan, maka karya Sejarah pun dapat dinikmati oleh khalayak. Secara sederhana, metode penelitian Sejarah ini dapat diterapkan sebagai sebuah siklus literasi dalam pembelajaran Sejarah.

Maka dengan memadukan pemanfaatan Situs Sejarah yang keberadaaannya dekat dengan lingkungan sehari-hari peserta didik dan literasi dari data-data pendukungnya, peserta didik akan memperoleh pengetahuan yang komprehensif dan memperluas pemahaman mereka terhadap Sejarah yang menjembatani peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan. Pembelajaran Sejarah akan menjadi lebih bermakna dan memotivasi peserta didik untuk mempersiapkan diri sebagai pembelajar sepanjang hayat. Dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Sejarah dalam Kurikulum Merdeka, untuk menumbuhkan kesadaran Sejarah, pemahaman tentang diri sendiri dan kolektif sebagai bangsa serta memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme.

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama