Prasasti Kutukan (?)

 



 Oleh: Pippo Agosto


Semarang sejak zaman dahulu telah menjadi jalur penting pelayaran internasional. Pada masa kerajaan Mdang, posisi garis pantai belum seperti sekarang ini. Maka tidak mengherankan bila berbagai bangsa yang menguasai teknologi maritim singgah di Semarang, salah satunya adalah orang-orang pesisir Tiongkok.

 

Mereka datang ke Nusantara dalam beberapa gelombang migrasi. Banyak yang datang, lalu kembali ke negeri asal. Namun banyak pula yang datang, lalu menetap. Mereka yang datang ke Nusantara bukan hanya untuk berdagang, melainkan juga untuk memperbaiki taraf hidup, menyelamatkan diri dari bencana, dan melarikan diri dari pengejaran pemerintah yang berkuasa.

 

Salah satu yang datang ke Jawa adalah para ahli geomansi kuburan. Salah seorang di antara mereka bernama Ye Xiqi (Yap Sek Khie). Bersama dengan beberapa teman dia membangun 5–6 kuburan di daerah Sambiroto, sekarang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Kuburan dibuat berdasarkan hitungan-hitungan dalam ilmu geomansi.

 

Demikian isi awal dari sebuah stele/prasasti yang terdapat di kawasan Bumi Wanamukti. Isi selanjutnya adalah tentang peringatan, bahwa akan datang ajaran menyimpang dari ajaran leluhur yang akan mengganggu keberadaan kuburan. Diingatkan, bahwa siapa memelihara ajaran leluhur akan selamat, sebaliknya yang melanggar akan mengalami nasib sial. Jadi sebenarnya pendirian prasasti adalah untuk memperingatkan generasi sekarang, bahwa yang dengan sewenang-wenang merusak dan menggusur kuburan, hidupnya akan ditimpa kemalangan sepanjang masa.

 

Karena isi prasasti yang demikian itu, maka oleh warga Semarang disebut Prasasti Kutukan. Prasasti ini ditemukan oleh seorang pegiat sejarah Semarang, Sdr. Yogi Fajri. Prasasti ini didirikan pada tahun ke-5 masa Binkok (Republik Tiongkok) – 中華民國五年歲次丙辰梅月, tahun naga api, yang sama dengan tahun 1916 masehi, bulan ke-4 imlek, oleh Lin Jihuang (Liem Kik Hong) – 林極煌.

 

Beberapa meter di belakang prasasti tersebut di ketinggian terdapat kuburan mendiang laki-laki bermarga Lin (Liem), yang berasal dari daerah Tongshan (東山), Provinsi Fujian. Tarikh bongpay tertulis tahun pertama masa Kaisar Daoguang (道光元)atau tahun 1820 masehi. Tidak dicantumkan bulan dan hari pendirian bongpay.

 

Lantas beberapa meter di depan prasasti terdapat bongpay mendiang laki-laki bermarga Guo (Kwee) –, yang memiliki tarikh tahun ke-9 masa Kaisar Jiaqing (嘉慶), atau sama dengan tahun 1804 masehi. Daerah asal leluhurnya adalah Fu’An (福岸), Provinsi Guangdong (廣東).

 

Prasasti ini menghadap ke sebuah sendang atau mata air yang sudah nyaris mati dan membelakangi sebuah lereng. Sedangkan di dalam sendang terdapat pohon besar, yang kenampakannya seperti pohon preh (Ficus retusa). Di sekitarnya terdapat banyak tegakan pohon jati (Tectona grandis) dan jenis pohon-pohon lainnya.

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama