Kisah 78 Tahun Kemerdekaan RI

Penulis : Pippo Agosto


        Tahun 1945, di tepi aliran Sungai Citarum terdapat sebidang tanah berukuran luas sekitar 10 x 30 meter persegi. Di tanah itu terdapat rumah yang beranda depannya tidak berdinding, beratap genting, bahan dinding rumahnya campuran papan dan bambu, ubin merah yang permukaannya tidak lagi mulus dan pemasangannya tidak merata.


        Rumah itu berada di Dusun Bojong, RT 1/RW 04, bernomer 1533, Desa Rengasdengklok Utara, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilik rumah itu adalah 饒啟祥 (Djiauw Kie Siong,  dalam bahasa Mandarin: Ráo Qǐxiáng). Boleh jadi rumah itu lebih terkenal daripada pemiliknya. Rumah itu sering disebut dalam buku pelajaran sekolah dari tingkat SD hingga SMA. Akan tetapi rasanya saya belum pernah menjumpai buku-buku sejenis yang menyebut nama Djiauw Kie Siong. Sebelum dipindahkan sejauh 100 meter di lokasi sekarang, rumah Djiaw bersebelahan dengan markas PETA – Pembela Tanah Air (saat ini menjadi Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok). Inilah yang membuat Djiaw Kie Siong kemudian mengenal sejumlah aktivis PETA.

Gambar 1. Rumah Bersejarah di Rengasdengklok 
Sumber: republik.id

        Rumah di Rengasdengklok itu ditulis dalam buku-buku pelajaran sejarah di sekolah karena menjadi tempat yang penting berkaitan dengan persiapan proklamasi. Seperti diketahui, oleh para pemuda, dibawalah Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Pemuda-pemuda tersebut adalah Chaerul Saleh, Soekarni, Kusnandar, Wikana, Darwis, BM Diah, Yusuf Kunto, Singgih, Sudiro, dr. Moewardi, dr. Soetjipto, dan Achmad Soebardjo yang menyusul belakangan ke Rengasdengklok.


      Rengasdengklok  dipilih oleh para pemuda untuk mengamankan Soekarno-Hatta dengan perhitungan militer, bahwa antara anggota PETA Daidan Purwakarta dengan Daidan Jakarta telah terjalin hubungan erat sejak keduanya mengadakan latihan bersama. Di samping itu, Rengasdengklok letaknya terpencil ±15  km dari Kedunggede Karawang. Dengan demikian, setiap gerakan tentara Jepang yang mendekati Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah, dapat dideteksi dengan mudah.


       Di rumah Djiauw Kie Siong tersebut para pemuda mendesak Bung Karno agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan. Namun sama seperti pada pertemuan sebelumnya, Bung Karno menolak. Suasana memanas hingga datangnya Achmad Soebardjo yang berusaha menjembatani perbedaan golongan muda dan golongan tua dalam menentukan kapan proklamasi kemerdekaan dilaksanakan.


          Djiaw Kie Song lahir sekitar tahun 1880 di Desa Pisangsambo, Karawang. Kemudian pindah ke Rengasdengklok pada tahun 1920. Beliau wafat pada tahun 1964 dalam usia 83 tahun, kemungkinan karena mengidap penyakit paru-paru. Djiauw Kie Siong dan rumahnya di Rengasdengklok telah menjadi saksi, bahwa etnis Tionghoa turut berkontribusi dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.


#KENALI

#CINTAI

#Bersama

#SINAU_CAGAR_BUDAYA

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama