Sambang ke Umbul Senjoyo: Mata Air Segar Sarat Tinggalan Kuno dan Ritual

Oleh: Ikadewi Retnosari

Umbul Senjoyo terletak di Jalan Senjoyo IV, Desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Berada di salah satu desa di ujung Kota Salatiga. Kendati di dekat Kota Salatiga, mata air Senjoyo tetap berada di wilayah Kabupaten Semarang. Hawanya sejuk, airnya bening dan masih terjaga kebersihannya.


Di Mata Air Senjoyo pengunjung dapat menjumpai berbagai situs bebatuan berelief peninggalan kuno. Menurut cerita pemandian ini dulu digunakan oleh para raja-raja yang memerintah wilayah tersebut. Selain itu, ada riwayat dari legenda Mas Karebet atau Joko Tingkir yang pernah bertapa kungkum di mata air Senjoyo. Joko Tingkir adalah penguasa Kesultanan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijoyo.


Mata Air Senjoyo ini merupakan salah satu sumber mata air PDAM Kota Salatiga. Selain airnya sangat jernih, sepanjang musim juga tak pernah mengering. Bagi PDAM Kota Salatiga yang berbeda dengan kota-kota lainnya sumber mata air Senjoyo langsung disalurkan ke konsumen karena kejernihannya.

Tradisi yang ada di masyarakat, umbul Senjoyo ini menjadi areal ritual kungkum (berendam) semalaman, dengan tujuan "Ngalap" berkah. Menjelang bulan Ramadhan, juga ada tradisi masyarakat muslim jawa sebelum puasa yaitu Padusan. Warga berbondong-bondong melakukan ritual padusan. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Wali Songo, bertujuan membersihkan diri baik secara lahir dan batin guna menyongsong datangnya bulan Ramadhan. Selain itu, padusan juga bisa menjadi momen untuk merenung dan introspeksi diri atas kesalahan- kesalahan yang telah dilakukan di masa lampau.


Wisatawan dari berbagai daerah yang ingin berkunjung ke Senjoyo karena pemandangannya yang sangat bagus dan asri. Untuk berenang atau siblon di kawasan ini terbagi di sendang Lanang dan sendang Wadon. Saat ini Mata Air Senjoyo semakin dibenahi. Banyak spot-spot menarik yang instagramable yang makin menyedot perhatian pengunjung.

Meskipun demikian, upaya pelestarian lingkungan harus sangat diperhatikan. Keberadaan pohon-pohon besar sebagai sarana untuk mempertahankan debit air haruslah menjadi perhatian utama bagi pemerintah daerah dan masyarakat sekitar. Pengunjung juga dapat memberikan andil dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat apalagi sampai mengotori umbul.


Tulisan ini saya buat bertepatan dengan peringatan HARI LINGKUNGAN HIDUP Internasional. KALAU BUKAN KITA? SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG? KAPAN LAGI....

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama