Salam Sigarda✌Indonesia 🇮🇩
Pengaruh Hindu-Budha di Bima, mulai berkembang sekitar abad ke-11 Masehi, yaitu pada masa pemerintahan Airlangga. Pada saat itu, perairan di Nusantara bagian timur sudah menjadi jalur perniagaan yang ramai. Pada masa itu, pedagang Jawa yang pergi ke Maluku dan Timor bertujuan untuk mencari rempah-rempah dan kayu cendana. Mereka kemudian singgah di Bima untuk membeli hasil hutan seperti kayu soga atau songa untuk bahan pewarna, sapang, dan rotan serta menambah persediaan makan dan minum. Oleh karena itu, kedudukan Pelabuhan Bima adalah sebagai tempat transit.
Meskipun hubungan Jawa dan Bima sudah berlangsung sejak abad ke-11 Masehi, Agama Hindu tidak menanamkan pengaruh yang kuat dalam tatanan politik dan
sosial budaya Bima. Tinggalan arkeologi masa klasik yang dijumpai di Bima adalah tinggalan yang terdapat di Situs Wadu Pa’a dan Situs Wadu Tunti. Tinggalan lain adalah tinggalan di Desa Tembe dengan artefak berupa yoni dan nandi yang sekarang disimpan di halaman Museum Asi Mbojo, Bima. Catatan tentang temuan-temuan tinggalan Arkeologi Hindu di Bima akan dijelaskan oleh Ihsan Iskandar, seorang pemerhati Sejarah dan Arkeologi Bima, di ruang KOPI#20.
Video selengkapnya dapat anda simak melalui link YouTube berikut https://youtu.be/6OOiY1ML4FU
#KENALI
#CINTAI
#Bersama
#SINAU_CAGAR_BUDAYA
Posting Komentar