Makam Selaparang I dan Tiga Arus Islamisasi di Pulau Lombok

Makam Selaparang I | Sumber: dokumentasi Satok Yusuf
 
Oleh: Satok Yusuf (Sigarda Indonesia)
 
Halo Sobat Sigarda! Taukah kalian Pulau Lombok pada mulanya diperintah oleh Datu Selaparang yang beragama Hindu. Babad Lombok versi salinan tahun 1972 memberitakan bahwa masyarakat Gumi Sasak (nama kuno daerah Lombok) diislamkan oleh Panembahan Prapen atas utusan Susuhunan Ratu Giri dari Jawa. Peneliti Belanda, H.J. de Graaf memperkirakan proses Islamisasi Lombok berlangsung pada masa pemerintahan Sunan Dalem (1505-1545). Salah satu bukti pendukung dari berita Babad Lombok dapat kita jumpai di Makam Selaparang I.

Makam Selaparang I merupakan Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional dengan SK Menteri PM.19/PW.007/MKP/2007. Situs ini merupakan kompleks pemakaman yang diyakini masyarakat sebagai pusara penguasa Kedatuan Selaparang. Lokasinya di Kampung Presak, Desa Selaparang, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, NTB.

Makam Selaparang secara umum memiliki tiga tipe nisan, yaitu nisan tipe Bugis-Makassar, tipe Jawa, dan tipe Aceh. Pada epitaf (inskripsi di nisan) makam Penghulu Gading didapati inskripsi berhuruf Arab dengan Bahasa Arab dan Jawa, berbunyi “Lā Ilaha ilallah wa Muhammadur Rasūlullah maesan gěgawean para yuga”. Inskripsi tersebut didukung nisan tipe Jawa (Demak-Troloyo) menguatkan berita Islamisasi Lombok oleh Panembahan Prapen.Keberadaan nisan bertipe Bugis-Makassar menunjukkan pengaruh Gowa-Tallo di Lombok sangat kuat. Hal itu didukung pula dengan pernikahan para Datu Selaparang dengan putri dari Gowa, Tallo, maupun Samawa (=Sumbawa, dulu pernah menjadi vassal Gowa).

Keberadaan nisan bertipe Aceh cukup menarik, sebab menjadi penanda pengaruh Melayu mencapai Lombok, selain di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Nisan tersebut belum tentu menandakan bahwa si ahli kubur merupakan bangsawan dari Aceh, sebab Sultan Banten, Sultan Banjar, dan Sultan Gowa-Tallo juga menggunakan nisan semacam itu. Nisan bertipe Aceh tersebut mungkin berhubungan dengan keberadaan Pangeran dari Kesultanan Banjar bernama Raden Subangsa yang menikah dengan putri Datu Selaparang-Samawa.

Berdasarkan adanya tiga tipe nisan tersebut mengindikasikan bahwa arus Islamisasi di Pulau Lombok tidak hanya dilakukan oleh Panembahan Prapen saja, melainkan juga melalui pernikahan bangsawan Lombok dengan bangsawan Gowa, Tallo, dan Banjar yang telah memeluk Islam. Dengan demikian, arus Islamisasi di Pulau Lombok tidak hanya berasal dari pendakwah Jawa, namun juga dari Sulawesi dan Kalimantan.
 
Referensi:

  • Lalu Gde Suparman. 1994. Babad Lombok. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Jakarta.
  • Ni Ketut Puji Astiti Laksmi, Dkk. 2019. Jejak-jejak Awal Pengaruh Islam di Pulau Lombok NTB Berdasarkan Tinggalan Arkeologi. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta.
  • Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya. Tt. Kompleks Makam Selaparang (Makam Keramat Raja). http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id
  • Tawalinuddin Haris. 1998. Pembawa dan Penyebar Islam di Lombok. Buletin Al-Turats 4(1).

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama