Sejarah Pulau Bali


Pulau Bali merupakan salah satu pulau dari 17.000 lebih kepulauan yang ada di Indonesia. Luas pulau bali sepanjang 153 km dan selebar 112 km dan luas pulau 123,98 km2 setengah dari luas provinsi jawa timur dan sekitar 3,2 km dari ketapang bagian timur pulau Jawa.

Secara geografis pulau ini terletak di sebuah garis khayal 8°25′23″ lintang selatan dan 115°14′55″ bujur timur. Hal inilah yang membuat Bali beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain juga menjadi rantai terakhir dari jajaran pulau-pulau tropis garis imajiner yang menandai pemisahan zona ekologi Asialis dan Australasia.

Pulau Bali kuno telah dihuni oleh bangsa Austronesian sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Yang bermigrasi dan berasal dari Taiwan melalui Maritime Asia Tenggara.

Budaya dan bahasa dari orang Bali demikian erat kaitannya dengan orang-orang dari kepulauan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Oseania. Penemuan purbakala seperti Alat-alat batu yang berasal zaman Austronesia telah ditemukan di dekat desa Cekik di sebelah barat pulau Bali.

Masa Bali kuno terdapat sembilan sekte Hindu yaitu Pasupata, Bhairawa, Siwa Shidanta, Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya. Setiap sekte menghormati dewa tertentu sebagai Ketuhanan pribadinya. Budaya Bali sangat dipengaruhi oleh budaya India, Cina, dan khususnya Hindu. Budaya tersebut dimulai sekitar abad 1 Masehi.

Nama Bali Dwipa (“Pulau Bali”) telah ditemukan dari berbagai prasasti, termasuk pilar prasasti Blanjong yang ditulis oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 914 masehi yang menyebutkan “Walidwipa”.

Pada masa itu sistem irigasi Subak yang kompleks sudah dikembangkan untuk menanam padi. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya masih ada sampai saat ini dan dapat ditelusuri kembali saat anda ke bali (Informasi Umum Tentang Bali). Kerajaan Hindu Majapahit (1293-1520 Masehi) di Jawa Timur mendirikan sebuah koloni di Bali pada tahun 1343.

Pada abad ke-15 Masehi ketika kerajaan Majapahit dikalahkan oleh kekuatan kerajaan Islam Demak, ada eksodus besar-besaran orang Jawa-Hindu dari intelektual, seniman, pendeta, dan musisi dari pulau Jawa ke pulau Bali.

Keyakinan orang Bali Kuno seperti yang di jelaskan diatas terdapat sembilan sekte Hindu yaitu:
  • Sekte Pasupata.
  • Sekte Bhairawa.
  • Sekte Siwa Shidanta.
  • Sekte Waisnawa.
  • Sekte Bodha.
  • Sekte Brahma.
  • Sekte Resi.
  • Sekte Sora.
  • Sekte Ganapatya.
Setiap sekte menghormati dewa tertentu sebagai Ketuhanan pribadinya. Keyakinan orang bali saat ini merupakan fenomena kompleks yang dilandasi berbagai aspek Hindu, Siwa, Budha dan berpadu dengan tradisi leluhur.

Oleh karena itu penyembahan roh-roh halus, nenek-moyang, dan unsur-unsur alam digabungkan dengan ajaran Hindu itu sendiri.

Dalam beberapa kasus upacara adat dan ritual keagamaan terdapat perbedaan dari satu wilayah dengan wilayah lainnya. Sebagian besar orang bali hampir 95 % beragama Hindu walaupun yang berbentuk sinkretis hindu bali atau kadang disebut juga hindu darma.

Dalam Informasi Umum Tentang Bali salah satu upacara penting di Bali adalah pengabuan atau upacara pembakaran mayat yang biasa di sebut ngaben.

Selama upacara ini berlangsung, gamelan, tarian, dan sesajen menyertai arak-arakan dengan sebuah “menara yang dihias” diarak dari rumah duka ke tempat pengabuan.

Kosmologi dan simbolisasi gunung dalam arsitektur Bali dapat dilihat pada bentuk dan struktur arsitektur Candi atau karakteristik gerbang yang dibuat menyerupai menara.

Ada yang berlekuk menyerupai dua bagian piramida yang terpisah dan menggambarkan dua bagian gunung satu bagian Gunung Agung dan lainnya perwujudan Gunung Batur.

Simbol umum lainnya adalah meru yang adalah puluhan bahkan ratusan bangunan menyerupai pagoda berdiri di tempat-tempat suci dan di pelataran candi.

Bangunan meru adalah lapisan batu yang memiliki serangkaian bentuk atap menyerupai tumpang piramida itu ditutup oleh daun palem hitam. Jumlah sebelas adalah jumlah yang ditetapkan atas dasar keyakinan terkait dengan tatanan alam semesta.

Keyakinan, upacara, dan perayaan telah membimbing kehidupan orang Bali dari sejak dilahirkan hingga membentuk paduan yang mencerminkan karakter budaya masyarakatnya.

Peraturan agama tidak hanya mengikat bentuk candi dan pura tapi juga mengatur tata ruang desa, struktur rumah keluarga, dan sederet hak dan tanggung jawab dalam kehidupan mereka. Mulai dari kehidupan sehari-hari di Bumi mulai makan, menjelang tidur, berjalan hingga bertutur kata.

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama