Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Provinsi Tentang Cagar Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 dengan beberapa penyesuaian
Candi Duduhan berada di wilayah Desa Duduhan, Kecamatan Mijen, Semarang. Lokasi Situs Duduhan berada tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kecamatan Mijen dan Kecamatan Jatibarang. Lokasi situs ini lebih dekat dengan kantor Kecamatan Jatibarang yang hanya berjarak kira kira 200 meter. Situs ini berada di areal perbukitan atau yang lebih dikenal warga dengan perkebunan durian.
Dahulu warga sekitar menyebutkan situs ini dengan nama Gumuk Sari, Gumuk yang berarti perbukitan atau tanah yang sedikit tinggi dari sekitarannya. Di lokasi situs ini telah ditemukan bagian pondasi bangunan yang terdiri dari tiga lapis bata yang langsung diletakkan di lapisan tanah lempung yang sudah dipadatkan. Bagian pondasi bangunan ini ditandai dengan susunan bata yang sebagian hilang di sisi barat dan tengah. Kemungkinan keempat sisi candi ini memiliki ruang atau relung yang di gunakan untuk menempatkan arca-arca yang termasuk dalam Mandala Siwa seperti Durga, Agastya, dan Ganesa.
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional telah melakukan penelitian di Situs Duduhan dua kali. Tim Peneliti pada penelitian pertama tanggal 25 - 29 September 2015 menemukan struktur bangunan yang diduga candi utama. Struktur tersebut berukuran 9,3 x 9,3 meter. Penelitian kedua dilakukan pada tanggal 25 Juli – 5 Agustus 2018, berhasil menemukan tiga struktur candi perwara berukuran 5,4 x 5,4 meter. Temuan lainnya adalah susunan batu putih di tangga candi perwara sisi utara. Batu putih tersebut mirip dengan batu yang digunakan di sumuran candi utama. Tim peneliti berpendapat bahwa pemakaian batu putih ini didasarkan atas pertimbangan teknis kekuatan konstruksi. Tangga merupakan unsur bangunan yang menjadi pijakan sehingga dipilih material penyusun tangga berupa batu putih.
Hasil penelitian pada tahun 2015 diperkirakan bahwa bangunan candi dibangun menggunakan teknik kosot, namun pada penelitian 2018 telah ditemukan dugaan penyusunan bata pada bangunan tersebut menggunakan perekat. Perekat tersebut berupa cairan seperti gula yang serupa dengan teknik penyusunan candi di Kamboja. Hal ini menjadi fenomena baru terhadap pembangunan candi di Jawa Tengah.
Ekskavasi Candi Duduhan oleh Puslit Arkenas |
Candi Duduhan disusun dari bata. Ukuran bata lebih besar dari ukuran bata yang lazim digunakan masyarakat saat ini. Bata berukuran 36 x 22 x 11 cm atau 3 kali lipat ukuran bata saat ini. Struktur kompleks candi yang terdiri atas satu candi utama dan dan candi perwara menunjukkan Candi Duduhan dibangun pada masa yang sama dengan Candi Prambanan, pada abad IX masehi. Pintu masuk candi utama menghadap ke timur, sementara tiga candi perwara menghadap ke barat. Candi ini menjadi data baru penyebaran agama dan kebudayaan Hindu ke Jawa Tengah melalui pantai utara Jawa.
Menurut Bapak Agustijanto Indrajaya selaku ketua tim peneliti, hasil temuan candi ini dianggap besar karena tidak hanya ditemukan candi perwara dan candi utama, melainkan ditemukan sumuran yang berukuran 2,5 x 2,5 meter dengan kedalaman 2 meter. Sumuran ini memiliki ukuran tidak lazim, karena biasanya sumuran candi berukuran 1 x 1 meter. Sumuran merupakan bagian penting sebuah candi, sebab di dalam sumuran biasanya tersimpan berbagai perkakas pemujaan atau mantra-mantra yang merupakan bagian peripih.
Terdapat beberapa temuan penting dari Candi Duduhan sebagai berikut.
1. Arca Ganesa
Arca Ganesa dari Candi Duduhan terbuat dari batu andesit. Arca ditemukan dalam kondisi utuh, namun mengalami sedikit kerusakan pada bagian belalai. Arca digambarkan memakai ikat pinggang, sinar halo di belakang kepala, hiasan gelang tangan (1 buah), gelang kaki (1 buah), dan kelat bahu. Hiasan Gelang kaki dan tangan serta ikat pinggang dibuat dari untaian mutiara. Posisi kaki arca bersila, namun kedua telapaknya tidak bertemu. Arca Ganesa ini memiliki kemiripan dengan Ganesa Candi Prambanan, hanya saja ukurannya lebih kecil.
2. Arca Dwarapala
Temuan arca yang diduga tokoh Dwarapala ini digambarkan terdapat sinar halo di belakang kepala, memakai mahkota kirita (mahkota berbentuk tabung), serta anting anting berbentuk bulat dan berukuran besar. Arca ini terbuat dari batu andesit dan biasanya diletakkan di kanan-kiri halaman candi.
3. Arca Nandi
Arca Nandi ditemukan dalam kondisi fragmentis, tersisa bagian badan dengan kaki depan saja. Bagian kepala sampai leher dan kaki belakang sudah hilang. Arca dibuat dari batu andesit dan biasanya diletakkan di salah Candi Perwara.
4. Altar Persembahan (Balipitha)
Altar persembahan ditemukan dalam kondisi tidak utuh, namun secara keseluruhan masih dapat dilihat. Benda ini memiliki ukuran tinggi 57 cm dan bagian atas berbentuk bujursangkar berukuran 50 cm. Terdapat motif teratai pada bagian atas. Altar secamam ini juga ditemukan di beberapa lokasi di Semarang, seperti di Dusun Telaga dan lingkungan Masjid Al-Huda Mijen. Adapun periodisasinya diduga berasal dari pertengahan abad IX Masehi.
Referensi
- Utomo, Bambang Budi. dkk. 2015. Penelitian Arkeologi Awal Sejarah di Pantai Utara Jawa Tengah. Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
- http://radarsemarang.com/2018/08/05/lebih-besar-dari-gedongsongo/
- Hasil wawancara dengan Agustijanto Indrajaya (Pimpinan Proyek Ekskavasi dari Puslit Arkenas) pada tanggal 4 Agutus 2018
Posting Komentar